news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Di Carita Politica, Jonan Sampaikan Komitmen RI Bangun Energi Hijau

8 November 2018 13:19 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menteri ESDM Ignasius Jonan (tengah) di Seminar Carita Politica. (Foto: Dok. Istimewa)
zoom-in-whitePerbesar
Menteri ESDM Ignasius Jonan (tengah) di Seminar Carita Politica. (Foto: Dok. Istimewa)
ADVERTISEMENT
Keterbatasan energi fosil sangat disadari pemerintah Indonesia. Suatu saat, Indonesia memang akan meninggalkan energi ini. Karena itu, pemerintah sudah memiliki komitmen membangun energi hijau (green energy), dengan memanfaatkan energi baru dan terbarukan serta berkelanjutan.
ADVERTISEMENT
Komitmen ini disampaikan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan saat menjadi pembicara utama sesi terakhir seminar ‘Diplomasi Nilai dan Pembangunan’ yang digelar Carita Politica di Vatikan, Rabu (7/11). Seminar ini bertemakan: ‘Merekonsiliasi Kebutuhan Pembangunan Ekonomi dengan Perlindungan Lingkungan’.
Carita Politica merupakan organisasi internasional kajian (think tank) untuk bidang lingkungan hidup yang dibentuk Vatikan. Lembaga ini berpengaruh terhadap kebijakan-kebijakan lingkungan di Eropa, termasuk isu minyak sawit (CPO/crude palm oil), batu bara, perubahan iklim, dan sebagainya.
Seminar Carita Politica digelar seharian di Ruang Pio XI, Piazza San Calisto, Vatikan. Jonan menjadi pembicara utama di sesi pukul 15.00-18.00 bersama Kepala Kantor Vatikan Kardinal Don Attilio Riva. Dalam seminar ini, Jonan membawakan materi dengan judul ‘Fueling the Nation by Sustainable Renewable Energy’. Di sesi ini, ada testimoni yang dibagi dalam dua tahap. Tahap pertama, testimoni dari para pakar berbagai bidang. Tahap kedua, testimoni dari para duta besar atau diplomat, termasuk Duta Besar RI untuk Vatikan Antonius Agus Sriyono.
ADVERTISEMENT
Dalam paparannya, Jonan menceritakan perjalanan Indonesia yang secara terus menerus meningkatkan penggunaan biodiesel, sebagai energi ramah lingkungan, yang diolah dari minyak sawit (CPO). Dari tahun 2010, pemerintah Indonesia sudah memulai penggunaan biodiesel sebagai campuran dalam solar sebanyak 5 persen (B5). Sejak Januari 2016, penggunaan biodiesel sebagai campuran solar sudah mencapai 20 persen (B20). Bahkan, sejak September 2018, pemerintah membuat kebijakan untuk meningkatkan penggunaan B20 secara masif, tidak terbatas pada sektor layanan publik (PSO).
“Kebijakan ini dimaksudkan untuk mengurangi bahan bakar diesel impor, menjaga defisit transaksi berjalan, menghemat biaya valuta asing, dan meningkatkan konsumsi biodiesel domestik,” kata Jonan.
Pemerintah Indonesia menargetkan campuran biodiesel di solar menjadi 30 persen (B30) pada tahun 2025, dengan penggunaan di semua sektor, termasuk transportasi, pembangkit listrik dan industri serta komersial, dengan konsumsi sekitar 15,1 juta Kilo Liter (KL) per tahun. “Makanya, kami di Italia ini akan mencoba mengunjungi pembangkit listrik yang sudah menggunakan bahan bakarnya 100 persen CPO,” kata Jonan.
ADVERTISEMENT
Dalam rangka komitmen pengurangan emisi gas dan ketergantungan energi fosil, pemerintah Indonesia juga sedang menyiapkan bioavtur quality standards (2018) dan green diesel quality standards (2019). Salah satunya akan dilakukan oleh Pertamina dengan menggandeng ENI, sebuah perusahaan dari Italia. Diharapkan pada tahun 2022, Indonesia sudah bisa memproduksi green avtur, green diesel, dan green gasoline.
Jonan juga memaparkan rencana Indonesia dalam merealisasikan pembangkit listrik tenaga diesel (PLRD) dengan mengkonversi CPO sebagai bahan bakar dasarnya, minimum menggunakan B40. Rencananya kebijakan ini akan diterapkan di PLTD Balikpapan (4,5 MW) dan PLTD Bontang (2,5 MW). Pada tahun 2019, penggunaan CPO juga akan diujicoba untuk pembangkit listri tenaga mesin gas (PLTMG) di Jayapura dan Nabire.
Menteri ESDM Ignasius Jonan (kiri) di Seminar Carita Politica. (Foto: Dok. Istimewa)
zoom-in-whitePerbesar
Menteri ESDM Ignasius Jonan (kiri) di Seminar Carita Politica. (Foto: Dok. Istimewa)
Dalam paparannya, Jonan juga menyampaikan pembangunan pembangkit listrik berbahan bakar CPO, PLTBn CPO Belitung. Pembangkit listrik ini sudah mulai dibangun di Tanjung Pandan, Belitung, sejak 2016 dengan total investasi USD 6,4 juta. Pembangkit ini berkapasitas 2x2,8 MW. Rencananya, PLTBn CPO Belitung akan mulai beroperasi tahun 2019 dan akan dikelola PT Belitong Mandiri, sebuah BUMD. Pembangkit ini bisa menyerap sekitar 1.281 tenaga kerja.
ADVERTISEMENT
Di bagian terakhir, Jonan menyampaikan komitmen Indonesia dalam melakukan reklamasi lahan bekas tambang. Semua perusahaan tambang harus melakukan reklamasi lahan, sehingga bisa melestarikan lingkungan. “Ini kebiajakan yang tidak bisa dinegosiasikan,” kata Jonan.
Jonan memperlihatkan foto bagaimana reklamasi di bekas lahan tambang emas Newmont di Nusa Tenggara Barat (NTB). Reklamasi dimulai tahun 2003 dan lima tahun setelah itu, bekas lahan tambang emas itu pun menjadi hijau kembali.
Seminar Carita Politica
Seminar Carita Politica ini dibuka oleh Prof Alfredo Luciani, pendiri dan presiden Carita Politica pada pukul 09.00. Dia juga yang memandu sesi terakhir yang dihadiri Jonan. Prof Elfredo Luciani merupakan profesor filsafat dan sosiolog yang cukup disegani. Salah satu pendekatan yang ia lakukan dalam melakukan riset dan penelitian adalah berdasarkan nilai kemanusiaan dan ajaran Katolik.
ADVERTISEMENT
Asosiasi Internasional ‘Carita Politica’ ini merupakan gerakan masyarakat yang pada tahun 1996 sudah diakui oleh Vatikan. Pada tanggal 27 Juli 2000, asosiasi ini diakui oleh Pemerintah Italia sebagai badan nirlaba.
Dalam melakukan kegiatannya, Carta Politica salah satunya fokus mengkaji mengenai energi dan infrastruktur sebagai pendorong pembangunan dan kesejahteraan masyarakat. Carta Politica mendorong pembangunan yang dilakukan harus berkelanjutan, ramah lingkungan dan mempertimbangkan manfaat untuk generasi mendatang.
Menurut Dubes RI untuk Vatikan, Agus Sriyono, baru kali ini Carita Politica mengundang pejabat Indonesia sebagai pembicara. Karena itu, Jonan merupakan pejabat Indonesia pertama kali sebagai pembicara seminar.
Menteri ESDM Ignasius Jonan (kiri) di Seminar Carita Politica. (Foto: Dok. Istimewa)
zoom-in-whitePerbesar
Menteri ESDM Ignasius Jonan (kiri) di Seminar Carita Politica. (Foto: Dok. Istimewa)
Dalam seminar kali ini, ruangan Pio XI, Piazza San Calisto tampak dipenuhi audiens. Mereka berasal dari berbagai latar belakang, termasuk diplomat, akademisi, LSM, dan praktisi bisnis. Seorang peserta sempat bertanya kepada Jonan mengenai komitmen dalam mengurangi emisi karbon, karena Indonesia negara besar dan memiliki populasi penduduk yang sangat tinggi.
ADVERTISEMENT
Terhadap pertanyaan ini, Jonan menegaskan bahwa Indonesia memang merupakan negara yang besar dan penuh keragaman, bahkan pulaunya juga berjumlah 17 ribu. Namun, untuk melakukan pembangunan, Indonesia memiliki komitmen yang kuat untuk melestarikan lingkungan. “Kami punya komitmen: kurangi polusi, lingkungan lebih baik,” kata Jonan.
Seusai Jonan menjadi pembicara, dilanjutkan dengan berbagai testimoni dari para pakar dan diplomat terkait pembangunan ekonomi dan pelestarian lingkungan. Sebagai pembicara penutup dan konklusi dalam seminar kali ini adalah Sekretaris Negara Vatikan Kardinal Pietro Parolin. Dia mengingatkan bahwa manusia di dunia ini tidak memiliki apa pun, sehingga manusia harus memanfaatkan ciptaan Tuhan ini untuk saling memberi kesejahteraan dan peduli dengan nasib generasi mendatang.