Bisnis Peti Mati di Masa Pandemi: Pesanan Naik dari 150 Jadi 1.000 per Bulan

21 September 2020 14:53 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pengrajin peti mati Foto: ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga
zoom-in-whitePerbesar
Pengrajin peti mati Foto: ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Layaknya oase di tengah padang pasir, bisnis peti mati kian subur pada masa pandemi COVID-19. Ribuan pesanan hadir setiap bulan baik dari rumah sakit maupun per orangan.
ADVERTISEMENT
Aan mungkin tak pernah menyangka jika usaha pembuatan peti mati yang telah dijalankan belasan tahun kini memasuki masa keemasan. Bisnisnya menjadi berkah, selain membantu keluarga yang ditinggal meninggal saudaranya, ia juga tetap mendapatkan pundi-pundi rupiah yang tidak sedikit setiap bulannya.
Ia bercerita, kebutuhan peti mati saat ini sangat banyak. Dalam sebulan ia mampu menjual 1.000 lebih peti mati untuk korban COVID-19 yang meninggal. Sebelum pandemi merajalela, jumlah pesanan hanya sekitar 150 per bulan.
“Sesuai peraturan protokol kesehatan orang meninggal tidak boleh (menggunakan) kain kafan tapi menggunakan peti jenazah. Untuk menghindari penguapan virusnya karena enggak bisa kelihatan tapi bisa dirasakan,” katanya kepada kumparan, Senin (21/9).
“Pesanan per bulan sekarang 1.000 lebih, sebelum pandemi paling 150 peti,” tambahnya.
Pekerja kamar mayat menyiapkan peti mati untuk korban wabah coronavirus COVID-19 di Bekasi, Jawa Barat, Rabu (1/4). Foto: REZAS / AFP
Aan mengatakan, sebagian besar para pembelinya adalah per orangan. Tapi sejak ada pandemi, rumah sakit juga banyak memesan langsung kepadanya. Bahkan, beberapa waktu lalu ia mengaku ada donatur yang memesan peti mati untuk dibagikan ke rumah sakit.
ADVERTISEMENT
“Awalnya mereka mencari dari Google habis gitu nelfon kepada kami, pak tolong buatkan seperti ini petinya terus ini nanti setelah nanti udah selesai diantar ke rumah sakit,” ungkapnya.
Aan memiliki 6 karyawan, dalam sehari ia mampu menyelesaikan 20 peti. Namun, ia menjelaskan bahwa lama pengerjaan tergantung jenis pesanan.
Ada empat kelas yang ia tawarkan dalam menjual peti mati, yaitu kelas satu, dua, tiga dan VVIP. Kelas satu menjadi produk yang paling banyak dipesan. Sebab mayoritas korban meninggal karena COVID-19 memesan peti mati kelas satu.
“Kelas satu itu kan untuk penderita COVID-19, isinya hanya bantal aja satu,” ungkapnya.
Namun untuk kelas dua dan tiga untuk kebutuhan orang-orang kristen. Kelas dua dan tiga lebih lengkap, seperti sarung tangan, kaos kaki. Untuk kelas satu ia membanderol Rp 3 juta per pesanan warna cokelat. Sementara untuk kelas dua dan tiga mencapai Rp 4 juta per pesanan untuk warna putih.
ADVERTISEMENT
Untuk anak-anak, ia membanderol 1,5 juta per peti warna cokelat dan Rp 2 juta per peti untuk warna putih. Untuk pengiriman ia bekerja sama dengan kurir lokal dan Gobox. “Ongkir dibayar sendiri,” ucapnya.
Selain ke Jakarta, Aan juga mengirim hingga Bandung.