BMKG Prediksi Terjadi Kemarau Panjang, Produksi Pertanian Terancam Gagal Panen

10 Mei 2022 15:22 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pemanfaatan embung untuk pertanian di Desa Ngraho, Kecamatan Kedung Tuban, Kabupaten Blora, Jawa Tengah. Foto: Kementan
zoom-in-whitePerbesar
Pemanfaatan embung untuk pertanian di Desa Ngraho, Kecamatan Kedung Tuban, Kabupaten Blora, Jawa Tengah. Foto: Kementan
ADVERTISEMENT
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi musim kemarau akan terjadi pada awal April 2022, dan berlangsung pada bulan Oktober - November.
ADVERTISEMENT
Atas fenomena tersebut, Koordinator Koalisi Rakyat untuk Kedaulatan Pangan, Ayip Said Abdullah menekankan agar petani dapat lebih hati-hati menghadapi kemarau panjang. Menurut Ayip hal tersebut dapat mengakibatkan gangguan produksi yang berat terutama pada tanaman padi.
Dikatakan oleh Ayip di beberapa wilayah yang mengandalkan hujan untuk pengairan kurang memadai maka ini tidak hanya berdampak pada produksi saja.
Menurutnya gagal panen bisa saja terjadi, terutama pada buruh dan petani skala kecil alias gurem. Kurangnya ketersediaan modal budidaya, naiknya harga input seperti pupuk dan juga kemungkinan gagal panen akibat kekeringan, menurutnya dapat menambah berat kehidupan petani.
“Perlu kita catat juga bahwa penduduk miskin di Indonesia sebagian besar ada di pedesaan dan jika dilihat lebih jauh umumnya adalah buruh dan petani skala kecil alias guren,” jelasnya kepada kumparan, Selasa (10/5).
ADVERTISEMENT
Senada dengan Ayip, pengamat lingkungan sekaligus dosen Antropologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada, Pujo Semedi juga menyebutkan bahwa kemungkinan terjadi kekeringan akibat kemarau panjang akan berdampak signifikan pada hasil panen petani dan proses tumbuh pertanian .
“Kalau cuaca naik tanamannya akan terpengaruh karena penguapan air jadi tinggi dan tanaman akan cepat kering jadi perlu irigasi yang lebih intensif. Sedangkan di gunung efeknya jadi terbalik, suhu tinggi di laut dan lembah membuat curah hujan di pegunungan naik dan tanaman pertanian yang tidak tahan air, seperti kentang, akan mudah terserang hama,” jelas Pujo.