Bos Adaro Puji Luhut yang Lobi China Agar Ekspor Batu Bara RI Meningkat

20 Oktober 2020 20:31 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sebuah truk pengangkut pasir melintas di area tambang batu bara Adaro, Kalimantan Selatan. Foto: Michael Agustinus/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Sebuah truk pengangkut pasir melintas di area tambang batu bara Adaro, Kalimantan Selatan. Foto: Michael Agustinus/kumparan
ADVERTISEMENT
Presiden Direktur PT Adaro Energy Tbk (ADRO) Garibaldi Thohir mengapresiasi langkah Presiden Joko Widodo yang meminta China meningkatkan impor batu baranya dari Indonesia. Itu artinya, jatah ekspor batu bara ke China bisa naik.
ADVERTISEMENT
Permintaan Jokowi itu dilakukan oleh Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar saat kunjungan ke Yunan, China pada 9-10 Oktober. Di sana, Luhut melobi Menteri Luar Negeri China Wang Yi, salah satunya, agar membuka lebar impor batu bara dari Indonesia.
"Saya apresiasi sekali pada Pak Jokowi dan Pak Luhut, kita jemput bola, bagaimana kondisi ini bisa ditingkatkan ekspor ke China. Dengan begitu kita bisa tambah devisa lagi untuk menggerakkan ekonomi tanah air," kata dia dalam media gathering syukuran HUT Adaro yang ke-28 tahun secara virtual, Selasa (20/10).
Boy, sapaan akrab Garibaldi, menuturkan, dalam pertemuan dirinya bersama Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) dan Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) ke Istana Negara, Presiden Jokowi memang mengusulkan bakal melobi China untuk meningkatkan impor batu baranya dari Indonesia.
Presiden direktur Adaro energy Garibaldi Thohir Foto: Fitra Andrianto/kumparan
Apalagi, hubungan kedua negara lebih dekat dibandingkan negara lain yang menjadi pembeli batu bara Indonesia.
ADVERTISEMENT
Di masa sulit seperti, Boy menegaskan, devisa negara bergantung pada ekspor komoditas seperti batu bara dan kelapa sawit. Karena itu, jika ekspor meningkat, kas negara pun bisa diatasi.
Sementara itu, Direktur Keuangan Adaro Lie Luckman mengatakan, ekspor batu bara Adaro ke China mencapai 10 persen dari total produksi pada 2019. Dia memprediksi, ekspor tahun ini juga tidak akan jauh berbeda. Bahkan, dia berharap ada peningkatan seiring dengan lobi Luhut ke China beberapa waktu lalu.
"Di 2020, komposisi tidak banyak bergerak. Terakhir dengan adanya banned dari China atas Australia, kita harapkan di kuartal IV 2020 adanya peningkatan permintaan terhadap Indonesia. Ini yang kita coba dan harapkan ada peningkatan," kata Lie.