Bos BCA Proyeksi Suku Bunga BI Naik Lagi Jadi 5,5 Persen di November 2022

20 Oktober 2022 17:17 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
7
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Jahja Setia Atmadja. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Jahja Setia Atmadja. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
ADVERTISEMENT
Bank Indonesia (BI) memutuskan menaikkan suku bunga acuan sebesar 50 basis poin (bps) atau 0,5 persen menjadi 4,75 persen di bulan ini. Selain itu, BI juga menaikkan suku bunga deposit facility 50 bps di level 4 persen dan lending facility 50 bps menjadi 5,5 persen.
ADVERTISEMENT
Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk (BCA) Jahja Setiaatmadja telah menduga bahwa akan terjadi kenaikan 50 basis poin (bps). Hal ini sejalan dengan Federal Funds Rate yang sudah terlebih dahulu menaikkan 3 persen atau 300 bps dan akan semakin naik lagi.
"Saya pikir kita sudah meng-expect bahwa akan terjadi kenaikan 50 basis poin," ujar Jahja dalam konferensi pers kinerja kuartal III 2022 BCA, Kamis (20/10).
Tidak hanya itu, ia juga mendapatkan informasi bahwa akan ada kenaikan lagi di awal November mendatang sebesar 75 bps atau 0,75 persen. Sehingga, suku bunga BI bisa mencapai 5,5 persen di November 2022.
"Terakhir saya dapat info itu di 2 November sekitar 75 bps diperkirakan," jelas dia.
Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk Jahja Setiaatmadja dalam konferensi pers kinerja triwulan III-2022 BCA, Kamis (20/10/2022). Foto: Narda Margaretha Sinambela/kumparan
Menurut Jahja, langkah yang diambil oleh BI sudah tepat dengan menaikkan suku bunga acuan menjadi 50 bps. Pasalnya, pasar memiliki ekspektasi kepada BI untuk menyesuaikan suku bunga acuan demi menjaga rupiah yang kemungkinan akan terdepresiasi.
ADVERTISEMENT
"Ini juga sesuai dengan ekspektasi pasar bahwa BI akan menyesuaikan hal ini untuk bisa menjaga rupiah mungkin akan terdepresiasi, tapi lebih baik dibandingkan currency lainnya yang ada," ungkap Jahja.
Di sisi lain, Jahja menyebutkan Indonesia sudah dua kali menaikkan suku bunga acuan sebesar 1,25 persen atau 125 bps. Sementara itu, sambungnya, kenaikan saat ini menjadi ketiga kalinya suku bunga acuan naik.
"Berarti tambah 50 bps lagi jadi 175 bps, dibanding Fed rate sampai awal November itu 375 bps. Kira-kira masih di bawah daripada kenaikan Fed rate," pungkas dia.
Ia menilai, secara likuiditas masih cukup untuk penyediaan rupiah hingga transaksi antarbank yang masih normal. Jahja memperkirakan, secara harian masih berada pada rentang Rp 98 hingga Rp 120 triliun.
ADVERTISEMENT
Di sisi lain, Jahja menuturkan, kurs mata uang pada umumnya mengikuti tren global di mana mata uang negara lain kecuali Amerika Serikat (AS) mengalami pelemahan. Sedangkan, Japanese share sudah melebihi 30 persen dari 115 bps naik ke 150 bps.
"Poundsterling sempat 1 banding 1, tapi sekarang agak sedikit terkoreksi lagi setelah tergerus cukup besar. Euro juga terkoreksi cukup besar. Ini semua mau tidak mau secara global akan terkoreksi dan memang tidak luput juga rupiah kita dan kalau kita lihat rupiah sudah terkoreksi sejak awal tahun Rp 14.265 menjadi Rp 15.500 hari ini, mungkin sekitar 7,5 persen atau hampir 8 persen," tandas Jahja.