Bos BI Sebut Konflik Israel-Iran Buat Ketidakpastian Global Meningkat

24 April 2024 15:27 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo dalam konferensi pers di Kantor Pusat BI, Rabu (20/3). Foto: Ave Airizaa Gunanto/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo dalam konferensi pers di Kantor Pusat BI, Rabu (20/3). Foto: Ave Airizaa Gunanto/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo, buka suara soal dampak perang Israel dan Iran. Menurutnya, ketegangan geopolitik antara kedua negara tersebut membuat dinamika ekonomi keuangan global berubah cepat dan meningkatnya ketidakpastian ekonomi global.
ADVERTISEMENT
"Dinamika ekonomi dan keuangan global berubah cepat dengan risiko dan ketidakpastian meningkat karena perubahan arah kebijakan moneter Amerika Serikat (AS) dan memburuknya ketegangan geopolitik di Timur Tengah," kata Perry dalam konferensi pers, Rabu (24/4).
Perry menjelaskan tingginya inflasi dan kuatnya pertumbuhan ekonomi AS mendorong spekulasi penurunan Fed Funds Rate (FFR) yang lebih kecil dan lebih lama dari perkiraan (high for longer). Hal ini sejalan dengan pernyataan para pejabat Federal Reserve System.
“Perkembangan ini dan besarnya kebutuhan utang AS mengakibatkan terus meningkatnya yield US Treasury dan penguatan dolar AS semakin tinggi secara global,” ungkapnya.
Seorang Teller menghitung uang Rupiah dan Dolar Amerika Serikat di Bank Mandiri, Jakarta, Senin (7/1/2018). Rupiah ditutup menguat 1,26 persen menjadi Rp14.085 per satu Dolar AS. Foto: ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay
Selain itu, semakin kuatnya dolar AS juga didorong oleh melemahnya sejumlah mata uang dunia seperti Yen Jepang dan Yuan China. Serta ketidakpastian pasar keuangan global imbas perang Israel-Iran.
ADVERTISEMENT
“Akibatnya, investor global memindahkan portofolionya ke aset yang lebih aman khususnya mata uang dolar AS dan emas, sehingga menyebabkan pelarian modal keluar dan pelemahan nilai tukar di negara berkembang semakin besar,” kata Perry.
Ke depan, BI akan terus mencermati arah penurunan FFR dan dinamika ketegangan geopolitik global. Sebab, kedua sentimen tersebut bisa mendorong berlanjutnya ketidakpastian pasar keuangan global, meningkatnya tekanan inflasi, dan menurunnya prospek pertumbuhan ekonomi dunia.