Bos Garuda Masih Bahas Opsi Merger Citilink-Pelita Air dengan Pertamina

22 Mei 2024 19:37 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) 2023 PT Garuda Indonesia (Persero), Rabu (22/5/2024). Foto: Fariza Rizky Ananda/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) 2023 PT Garuda Indonesia (Persero), Rabu (22/5/2024). Foto: Fariza Rizky Ananda/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Direktur Utama PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA), Irfan Setiaputra, mengatakan progres rencana merger anak usaha perseroan, PT Citilink Indonesia, dengan maskapai milik PT Pertamina (Persero), PT Pelita Air Service (PAS).
ADVERTISEMENT
Irfan masih membuka peluang kedua entitas digabungkan seiring dengan pembentukan Subholding Aviasi di bawah PT Aviasi Pariwisata Indonesia (InJourney), yang ditargetkan rampung Oktober 2024.
"Jadi disepakati dan dimintakan oleh Kementerian BUMN, bahwa proses penggabungan atau inklusi aviasi ke InJourney diharapkan selesai sebelum Oktober 2024," ungkapnya saat konferensi pers RUPST 2023 Garuda Indonesia, Rabu (22/5).
Irfan menuturkan, manajemen Garuda Indonesia masih membahas dengan Pertamina terkait merger dengan Citilink yang sahamnya 100 persen dimiliki oleh perseroan.
Meskipun bentuk penggabungannya belum diputuskan, dia mengatakan bahwa secara implisit ketiga maskapai, Garuda Indonesia, Citilink, dan Pelita Air, seluruhnya akan dimiliki oleh InJourney.
"Bagaimana caranya? Itu yang sedang dibahas ada legal valuation, ekuitas negatif, planning pemerintah dan InJourney, soal isu terkait sedikitnya pesawat terbang di Indonesia, harga tiket, dan lainnya," jelas Irfan.
ADVERTISEMENT
Selain itu, Irfan mengatakan Pelita Air tidak hanya memiliki jadwal penerbangan terjadwal, namun juga memiliki penerbangan tidak terjadwal atau sewaan (charter), sehingga perlu pertimbangan lebih lanjut sebelum digabungkan.
"Pelita dimiliki langsung pertamina, dan bisnisnya tidak cuma scheduled flight, ada macam-macam. Perlu didiskusikan karena inisiatif-inisiatif harus sesuai persetujuan Pertamina," tuturnya.
Irfan menambahkan, proses pembentukan Subholding Aviasi InJourney dan merger Citilink dan Pelita Air akan dilakukan secara paralel dan diputuskan oleh pemegang saham, dalam hal ini pemerintah, di Oktober 2024.
"Bahwa memang kita beri input dan sebagainya, tapi sampai hari ini juga belum diputuskan modelnya seperti apa, strategi, tahapan seperti apa. Saya rasa semuanya (selesai di Oktober 2024). Semuanya di bawah naungan InJourney," pungkasnya.
ADVERTISEMENT
Adapun proses ini merupakan lanjutan dari digabungnya Angkasa Pura I dan II ke dalam InJourney. Nantinya, PT Garuda Indonesia Tbk (Persero), PT Citilink Indonesia, dan PT Pelita Air Service (PAS) akan terintegrasi menjadi Subholding Aviasi di bawah PT Aviasi Pariwisata Indonesia (InJourney).
Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo menuturkan, Garuda Indonesia akan menjual sebagian sahamnya kepada InJourney tahun depan. Namun, sebelum itu perseroan masih dalam proses penyehatan internal.
"Garuda lagi kita sehatkan lagi, jadi kalau Garuda mungkin tahun depan akan kita masukkan sebagian sahamnya ke InJourney," ungkapnya saat ditemui Telkom Hub, Jumat (29/12/2023).