Kumplus- Candu Diskon Bisnis Digital- CEO Kopi Kenangan

Bos Kopi Kenangan: Bakar Duit Boleh, Asal Jangan Kebakaran Jenggot

6 Desember 2019 16:20 WIB
comment
27
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
CEO Kopi Kenangan Edward Tirtanata.  Foto: kumparan
zoom-in-whitePerbesar
CEO Kopi Kenangan Edward Tirtanata. Foto: kumparan
ADVERTISEMENT
Kopi Kenangan kian populer. Gerai kopi lokal ini makin mudah ditemui di pusat-pusat perbelanjaan. Bahkan, Co-Founder dan CEO Kopi Kenangan, Edward Tirtanata menyebut bakal membuka hingga 230 gerai di 2019.
ADVERTISEMENT
Meski baru berusia sekitar 2 tahun, perusahaan yang masuk kategori startup ini sudah mencetak laba. Meski tak menyebut nominalnya, Edward mengaku hal tersebut yang membuat venture capital berani menanamkan modalnya di Kopi Kenangan.
Dalam program The CEO kumparan, Edward berbicara soal bagaimana perilaku perusahaan rintisan atau startup yang identik dengan 'bakar duit' agar cepat tumbuh dan dikenal, termasuk tips agar memperoleh tambahan modal dari investor.
Konsep bakar uang ada positif dan negatifnya. Positifnya, perusahaan semakin cepat dikenal dan pangsa pasar cepat tumbuh. Namun, sisi buruknya startup bisa kehabisan arus kas bila tak ada suntikan baru atau kinerja keuangan negatif.
Edward mengaku konsep bakar uang ala startup memiliki dampak positif, namun dengan catatan. Bakar uang bisa dilakukan dalam event atau waktu tertentu, tak harus setiap saat. Misalnya saat hari belanja nasional atau hari libur nasional.
ADVERTISEMENT
"Kita sih ada subsidi-subsidi, tapi kan mungkin enggak bakarnya sampai kebakaran jenggot. Kita bakar tuh intinya secukupnya, makanya kita masih profitable," kata Edward di kantor kumparan, di Jakarta Selatan, Kamis (28/11).
Profit, CEO Kopi Kenangan, Edward Titanata. Foto: Fanny Kusumawardhani dan Rangga Sanjaya/kumparan
Selain meningkatkan brand awareness, kegiatan bakar uang dilakukan untuk meningkatkan jumlah follower di media sosial perusahaan. Namun, hal tersebut dilakukan dalam batasan.
"Buy 2 get 2 ya enggak hilang duit juga sebenarnya. Itu (cuma) sehari. Tetap ada margin. Buy one get one saja kita sudah oke," tambahnya.

Gemerincing Laba Pemikat Investor

Edward awalnya mendirikan 1 gerai Kopi Kenangan di Menara Standard Chartered di Jakarta. Untuk membangun 1 gerai dan biaya operasional di awal, ia mengeluarkan modal Rp 150 juta. Modal itu diperoleh dari patungan bersama dua orang lainnya.
ADVERTISEMENT
Tak disangka, di awal pembukaan gerai Kopi Kenangan bisa menjual 700 cangkir kopi, dari harapan awal hanya 50 cangkir per hari. Edward mengaku sangat berterima kasih pada ojek online, karena 70 persen pemesanan datang dari Gojek dan Grab. Dalam 3 bulan, ia telah balik modal atau break event point (BEP). Gerai pun bertambah hingga 3 unit dan kemudian menarik minat investor.
Kopi Kenangan memperoleh suntikan pendanaan dari venture capital, Alpha JWC Ventures senilai USD 8 juta atau setara 112 miliar dan kemudian disusul oleh Sequoia India sebesar USD 20 juta atau sebesar Rp 280 miliar (kurs USD 1 = Rp 14.000). Bahkan artis Hollywood disebut-sebut mau menanamkan modalnya di Kopi Kenangan,
ADVERTISEMENT
"Dari situ, cari investornya, growth-nya cepat. Jadi otomatis investor tertarik," tambahnya.
Infografik CEO Kopi Kenangan, Edward Tirtanata. Foto: kumparan
Menurutnya, investor atau venture capital sangat tertarik pada pertumbuhan cepat. Apalagi bila perusahaan rintisan memiliki kinerja keuangan baik. Setelah memperoleh suntikan pendanaan, Kopi Kenangan pun harus tumbuh dan berlari. Edward mengaku pihaknya terus menambah menu minuman baru dan juga membuka 1 gerai baru setiap harinya. Ia menargetkan bisa memiliki 230 gerai di akhir tahun ini. Bahkan tahun depan, Kopi kenangan akan membuka gerai di luar negeri.
"Yang penting di (startup) unicorn ini bisnis cepat dan profitable," tambahnya.
Pada kesempatan itu, Edward pun berbagi tips bagi pengusaha atau calon pengusaha di dunia startup. Investor sangat tertarik ke bisnis yang memiliki ide menarik, namun realistis. Pangsa pasar juga bisa berkembang pesat dan produk disukai konsumen. Tentunya latar belakang pendidikan dan pengalaman pendiri juga menjadi pertimbangan para investor.
ADVERTISEMENT
"Yang penting pertama ide bagus dan reasonable. Dan biasanya orang akan berinvestasi sih," tutupnya.
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten