Bos Pengembang Australia asal RI Ungkap Keuntungan Investasi Properti

31 Oktober 2018 6:27 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kantor pemasaran (Marketing Gallery) Crown Group di O’dea Avenue, Sydney, Australia. (Foto: Wendiyanto/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Kantor pemasaran (Marketing Gallery) Crown Group di O’dea Avenue, Sydney, Australia. (Foto: Wendiyanto/kumparan)
ADVERTISEMENT
Investasi di sektor properti diyakini masih berpeluang memberi keuntungan, di tengah tekanan global yang membebani perekonomian nasional. Prospek keuntungan lebih besar itu juga ditawarkan investasi properti di luar negeri, khususnya Australia.
ADVERTISEMENT
Pengusaha properti asal Indonesia di Australia, Iwan Sunito, mengatakan tren pelemahan nilai tukar rupiah seharusnya membuka peluang besar untuk berinvestasi di luar negeri. Termasuk di sektor properti.
“Menurut saya juga karena melemahnya rupiah, jadi mungkin bukan orang enggak bisa beli. Tapi malah sadar, tidak semua uangnya ditaruh di satu keranjang saat rupiah bagus saja,” kata Founder dan juga CEO Development Crown Group, saat dijumpai di kantornya di Sydney, Australia, Selasa (30/10).
Crown Group yang didirikan Iwan lebih dari 20 tahun lalu, selama ini menggarap sejumlah proyek apartemen di Sydney, dan juga kini mulai merambah ke bisnis hotel. Selain dibeli untuk ditinggali, sebagian apartemennya juga untuk investasi disewakan kepada pihak ketiga.
Co-Founder dan salah seorang CEO Crown Group, Iwan Sunito. (Foto: Wendiyanto/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Co-Founder dan salah seorang CEO Crown Group, Iwan Sunito. (Foto: Wendiyanto/kumparan)
Iwan yang kelahiran Surabaya memberi gambaran. Saat menggarap proyek properti pertamanya, harga satu unit rumah sekitar 125 ribu dolar Australia (AUD). Saat itu kurs rupiahnya Rp 675 per dolar Australia.
ADVERTISEMENT
“Memang kenyataannya tahun 1985 kita investasi pertama di Sydney. Jadi kan harga rumahnya sekitar Rp 100 juta. Malah enggak sampai. Hari ini, rumah yang sama harganya AUD 2 juta atau dengan kurs saat ini sekitar Rp 21,6 miliar,” papar Iwan.
Dia menambahkan, dalam waktu 30 tahun itu, harga rumahnya sudah meningkat 216 kali lipat atau growth rate-nya 720 persen per tahun. “Jadi pendorong kenaikan nilai investasinya ini bukan hanya dari kenaikan harga properti-nya saja, tapi juga kenaikan dolarnya itu,” ujar dia.
Papan iklan proyek properti Mastery dari Crown Group di Sydney, Australia. Di latar belakang, adalah proyek Waterflall yang juga sedang digarap Crown Group. (Foto: Wendiyanto/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Papan iklan proyek properti Mastery dari Crown Group di Sydney, Australia. Di latar belakang, adalah proyek Waterflall yang juga sedang digarap Crown Group. (Foto: Wendiyanto/kumparan)
Crown Group saat ini tengah menggarap empat proyek properti di Sydney. Yaitu proyek hunian high-rise, Waterfall, senilai Rp 4 triliun; Proyek apartemen Infinity senilai Rp 5,75 triliun yang terdiri dari 401 unit; Proyek apartemen Eastlakes Live yang terdiri dari 400 unit; Serta yang terbaru adalah Mastery, sebuah proyek properti mix used berupa hunian (residensial) dan kawasan bisnis ritel.
ADVERTISEMENT
Iwan menuturkan, pasar terbesar dari proyek-proyek propertinya adalah warga Australia. Tapi animo pembeli Indonesia juga cukup tinggi. Dia memberi gambaran, proyek Mastery telah mendapat 25 NUP (Nomor Urut Pemesanan) dari warga Indonesia. Angka itu setara AUD 25 juta.