Bos Pertamina Sebut Minyak Impor Lebih Murah, Kepala SKK Migas Tak Terima

17 Juli 2020 16:45 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kepala SKK Migas, Dwi Soetjipto. Foto: Dok. SKK Migas
zoom-in-whitePerbesar
Kepala SKK Migas, Dwi Soetjipto. Foto: Dok. SKK Migas
ADVERTISEMENT
Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Dwi Soetjipto menyinggung pernyataan Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati soal minyak mentah impor lebih murah daripada minyak domestik.
ADVERTISEMENT
Menurut Dwi, ucapan Nicke harus dibuktikan dalam angka, bukan dengan kata-kata saja. Sebab, kalaupun harga minyak impor lebih murah, ada biaya transportasi yang harus ditanggung dalam proses pengirimannya.
"Saya juga pernah jadi Dirut Pertamina, crude domestik pasti lebih murah dari impor. Jadi mesti diklarifikasi (pernyataan itu)," kata Dwi dalam paparan kinerja SKK Migas Semester I 2020 secara virtual, Jumat (17/7).
Petugas Pertamina mengisi BBM ke dalam truk tangki Foto: ANTARA FOTO/Adeng Bustomi
Sebelumnya, dalam beberapa kali kesempatan Nicke menyebut jika harga minyak mentah impor lebih murah ketimbang beli di dalam negeri. Salah satunya dalam paparan di Komisi VI DPR RI, Selasa (21/4) lalu, satu hari setelah harga minyak mentah dunia sempat minus USD 37,91 per barel untuk jenis West Texas Intermediate (WTI) dalam penjualan minyak berjangka yang berakhir Mei 2020.
ADVERTISEMENT
Amblasnya harga minyak hingga minus saat itu merupakan yang pertama kali dalam sejarah. Jadi, saat harga minyak minus, pembeli tidak perlu membayar, hanya merogoh kocek untuk ongkos kirim saja. Harga BBM di dalam negeri yang tak kunjung turun dipertanyakan DPR.
Waktu itu, Nicke mengatakan bahwa biaya pokok produksi minyak mentah Pertamina di dalam negeri lebih tinggi 25 persen dibandingkan harga minyak dunia saat itu. Sudah setahun ini, Pertamina juga diminta menyerap 100 persen produksi minyak mentah dari kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) di dalam negeri untuk mengurangi ketergantungan pada impor.
Jika Pertamina berhenti membeli minyak mentah dalam negeri, maka kegiatan operasional KKKS di dalam negeri bisa terganggu. Ini akan menimbulkan efek tak sehat dalam bisnis hulu migas di dalam negeri. Karena itu, perusahaan meminta adanya insentif ke pemerintah agar bisa membeli minyak dari dalam negeri dengan harga murah.
ADVERTISEMENT
"Dan crude dalam negeri kan rata-rata memang lebih tinggi. Ini kita lagi diskusikan dengan Kementerian ESDM bagaimana supaya kami tetap menyerap tapi diberikan relaksasi harga, ini sedang dilakukan," ujarnya.