Bos PLN Bicara Soal Kemungkinan Tarif Listrik Kembali Turun

1 Juli 2022 19:59 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Dirut PLN, Darmawan Prasodjo, hadiri peluncuran Pembangkit Listrik Kapal Modern PT PAL dan PLN luncurkan. Foto: Dok. Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Dirut PLN, Darmawan Prasodjo, hadiri peluncuran Pembangkit Listrik Kapal Modern PT PAL dan PLN luncurkan. Foto: Dok. Istimewa
ADVERTISEMENT
Hari ini, Jumat (1/7), tarif dasar listrik (TDL) untuk orang kaya golongan 3.500 VA ke atas dan sektor pemerintah resmi naik. Kenaikan atau penyesuaian tarif listrik ini adalah yang pertama kali sejak tahun 2017.
ADVERTISEMENT
Direktur Utama PT PLN (Persero) Darmawan Prasodjo menuturkan, penyesuaian tarif listrik ini berdasarkan arahan pemerintah, di mana penyaluran subsidi dan kompensasi harus tepat sasaran di tengah kenaikan Biaya Pokok Produksi (BPP) PLN.
Dia menjelaskan, ada selisih BPP dengan harga jual atau tarif listrik bagi keluarga mampu sebesar Rp 250 per kwh. Sehingga, pemerintah memutuskan merealokasi bantuan yang tidak tepat sasaran untuk biayai program lain.
"Jadi itu (kenaikan) lebih kepada koreksi agar setiap tetes rupiah bantuan pemerintah harus tepat sasaran," tegas Darmawan saat konferensi pers di Kantor Pusat PLN, Jumat (1/7).
Sementara itu, soal kemungkinan ada penyesuaian kembali yang menyebabkan tarif listrik turun, dia berkata itu bisa terjadi ketika faktor yang menyebabkan kenaikan BPP juga turun, seperti harga minyak mentah (Indonesia Crude Price/ICP).
ADVERTISEMENT
"Tentu saja apabila harga ICP turun jadi USD 45 per barel misalnya, kembali seperti tahun lalu, tentu saja BPP turun. Maka bagi yang tariff adjustment sudah dilepas maka harganya (ikut) berfluktuasi," jelas dia.
Darmawan melanjutkan, pihaknya akan semaksimal mungkin melakukan efisiensi agar BPP bisa turun seiring dengan berbagai faktor eksternal maupun internal yang berdampak kepada bisnis PLN.
Adapun dia mengatakan, kenaikan harga komoditas energi saat ini membuat PLN harus menanggung kenaikan BPP. Pertama, harga batu bara yang normalnya sekitar USD 70-80 per ton, saat ini sudah lebih dari USD 350 per ton.
Lalu harga gas biasanya berkisar USD 8-9 per MMBTU, saat ini sudah melebihi USD 30 per MMBTU, dan harga minyak mentah yang diasumsikan USD 63 per barel tahun ini, sudah di atas USD 110 per barel.
ADVERTISEMENT
"Ada dampak pada kenaikan cost kami yaitu, per dolar per barel dampaknya Rp 500 miliar biaya operasional. Maka, kenaikan USD 40-45 akan berdampak pada Rp 20-23 triliun untuk BPP kami," jelas Darmawan.
Dengan kondisi itu, ada disparitas antara harga jual listrik dengan BPP listrik rata-rata Rp 250 per kwh. Meski begitu, dia menegaskan perbedaan biaya tersebut tetap ditanggung pemerintah untuk golongan pelanggan subsidi dan bisnis/industri.