Bulog Terbelit Utang Rp 28 Triliun, Bagaimana Cara Buwas Melunasinya?

21 November 2019 16:23 WIB
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso di Gedung BUMN, Jumat (1/11). Foto: Nurul Nur Azizah/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso di Gedung BUMN, Jumat (1/11). Foto: Nurul Nur Azizah/kumparan
ADVERTISEMENT
Perum Bulog ternyata memiliki utang yang tidak sedikit. Per November 2019 ini, jumlah utang Bulog ke perbankan nyaris mencapai Rp 28 triliun. Angkanya terus membengkak dibandingkan tahun 2017 lalu yang hanya Rp 13,2 triliun.
ADVERTISEMENT
Direktur Utama Perum Bulog, Budi Waseso, dibuat gelisah karena Bulog terlilit utang cukup besar. Dia mengungkapkan utang Bulog makin bertambah karena pengadaan beras baik dari dalam negeri maupun luar negeri.
"Karena impor, utang impor kita pengadaan lagi. Pengadaan kita harus serap dari petani, kalau enggak kan jadi masalah. Petani siapa yang mau nyerap? Emang ada pasar bebas? Tapi paling banyak kita untuk jamin petani itu hasilnya laku terjual," ungkap pria yang akrab disapa Buwas itu saat ditemui di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Kamis (21/11).
Buwas menambahkan, dia belum tahu bagaimana caranya membayar utang Bulog yang sangat banyak ini. Tapi dengan tugas Bulog yang lebih banyak berperan sebagai tangan kanan pemerintah, jumlah utang diprediksi akan semakin membengkak.
ADVERTISEMENT
"Yang jelas dengan kita menyerap tiap hari, berarti utang kita tambah lagi tuh sedangkan penyalurannya belum ada karena BPNT (Bantuan Pangan Non Tunai) tidak mutlak kita. Ya nanti kita pikirkan cara bayar utangnya," ujarnya.
Perum Bulog Foto: Abdul Latif/kumparan
Sebenarnya ada beberapa cara yang bisa dilakukan pemerintah untuk mengurangi beban utang Bulog. Pertama menyangkut Cadangan Beras Pemerintah (CBP).
Buwas berharap agar pemerintah segera melakukan sinkronisasi regulasi terkait CBP yang disimpan Bulog. Hal itu untuk optimalisasi tugas Bulog menjaga stabilitas di tingkat hulu dan hilir.
Selain itu penyediaan anggaran dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) juga diperlukan oleh Bulog. Pasalnya selama ini Bulog menggunakan pinjaman melalui bank dengan bunga komersial sehingga memberatkan.
"Nah itu sebabnya kita mengusulkan CBP didanai oleh pemerintah, berapa jumlahnya riil kalau kita membutuhkan itu? paling tidak Rp 20 triliun sehingga kita tidak punya pinjaman yang ada bunganya," tuturnya.
ADVERTISEMENT
Cara lainnya adalah dengan menambah porsi penugasan komersial Bulog. Buwas mengakui bisnis komersial Bulog cukup menjanjikan dan sudah untung. Tapi sayang, dengan porsi yang rendah keuntungan yang didapat Bulog tersebut tidak mampu mengurangi beban utang Bulog.
"Karena 20 persen itu menutupi 80 persen hilang, kayak menggarami air laut jadi lewat aja," singgung Buwas.