Bunga Surat Utang RI Terus Naik, Sri Mulyani Siapkan Langkah Stabilisasi

10 Maret 2020 15:02 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menteri Keuangan Sri Mulyani menunjukan bukti penyampaian SPT elektronik di Kantor Dirjen Pajak, Jakarta, Selasa (10/3). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Menteri Keuangan Sri Mulyani menunjukan bukti penyampaian SPT elektronik di Kantor Dirjen Pajak, Jakarta, Selasa (10/3). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
ADVERTISEMENT
Pemerintah menyiapkan jurus jitu di sektor keuangan untuk menangkal dampak virus corona. Salah satunya dengan stabilisasi pada surat utang atau Surat Berharga Negara (SBN).
ADVERTISEMENT
Menteri Keuangan Sri Mulyani mengaku sudah menyiapkan langkah berupa bond stabilization framework, untuk menstabilkan imbal hasil (yield) yang kini terus merangkak naik.
Adapun saat ini yield SBN bertenor 10 tahun mencapai 7,203 persen, jauh lebih tinggi dibandingkan awal pekan ini yang sebesar 6,732 persen.
Yield yang meningkat mengindikasikan harga obligasi di pasar yang terus turun, sementara pemerintah nantinya akan dibebankan dengan biaya (cost) yang lebih besar.
"Maka seperti buyback stabilization framework, auto reject turun (yield) di bawah 10 persen, itu semua kita lakukan pada 2008 untuk beri ketenangan market," ujar Sri Mulyani di Kantor Pusat Ditjen Pajak, Jakarta, Selasa (10/3).
Tak hanya itu, pemerintah juga akan terus melakukan koordinasi dengan anggota Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) lainnya untuk memonitor pengaruh dari pergerakan yield terhadap stabilitas sistem keuangan Indonesia.
Ilustrasi rupiah Foto: ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan
"OJK sudah keluarkan aturan auto reject apabila volatilitasnya di atas 10 persen. Kemudian juga relaksasi untuk buyback tanpa RUPS. Ini untuk kembalikan rasionalitas market pasar," jelasnya.
ADVERTISEMENT
Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu menuturkan, seluruh langkah yang ditempuh pemerintah, Otoritas Jasa Keuangan (OJK), maupun Bank Indonesia (BI).
Langkah tersebut bertujuan untuk menenangkan pasar keuangan dan saham. Menurut dia, situasi saat ini lebih mempengaruhi psikologis investor.
"Kita perlu kembalikan market ini supaya nyaman, jadi kita berhubungan langsung dengan market psychology. Itu jadi psikologis yang muncul di sana, namun ini harus tetap kita waspadai kalau berlangsung lama dan sangat lama bisa pengaruhi fundamental," tambahnya.