Bursa AS Anjlok, Investor Khawatir Kenaikan Suku Bunga Tak Cukup Meredam Inflasi
ADVERTISEMENT
Indeks utama AS, Wall Street merosot pada penutupan perdagangan Kamis (5/5). Hal ini dipicu kekhawatiran investor bahwa kenaikan suku bunga bank sentral AS (The Fed ) tidak akan cukup untuk meredam lonjakan inflasi .
ADVERTISEMENT
Dikutip dari Reuters Jumat (6/5), Dow Jones Industrial Average turun 1.063,09 poin, atau 3,12 persen, menjadi 32.997,97, S&P 500 kehilangan 153,3 poin, atau 3,56 persen, menjadi 4.146,87 dan Nasdaq Composite turun 647,17 poin, atau 4,99 persen, menjadi 12.317,69.
Nasdaq membukukan persentase penurunan harian terbesar sejak Juni 2020 dan penutupan terendah sejak November 2020. Adapun penurunan Dow Jones adalah kinerja harian terburuk sejak Oktober 2020.
Saham raksasa teknologi merosot. Induk Google Alphabet Inc, Apple Inc, Microsoft Corp, Meta Platform, Tesla Inc dan Amazon.com semuanya turun antara 4,3 persen dan 8,3 persen.
Hanya 19 konstituen S&P 500 yang ditutup di wilayah positif, salah satunya adalah Twitter Inc, yang berakhir 2,6 persen lebih tinggi.
ADVERTISEMENT
Semua dari 11 sektor utama S&P turun, dengan consumer discretionary memimpin dengan penurunan 5,8 persen. Indeks terseret oleh Etsy Inc dan eBay Inc, masing-masing turun 16,8 persen dan 11,7 persen, setelah keduanya memperkirakan pendapatan kuartal II akan berada di bawah perkiraan Wall Street.
Adapun para investor melakukan aksi jual besar-besaran karena sentimen negatif kenaikan suku bunga The Fed membuat investor mempertanyakan potensi pendapatan mereka di masa depan.
Bank sentral AS pada Rabu lalu menaikkan suku bunga setengah poin persentase seperti yang diharapkan dan Ketua Fed Jerome Powell secara eksplisit mengesampingkan kenaikan 75 basis poin dalam pertemuan mendatang.
Bagaimanapun, para investor menaikkan taruhan mereka pada kenaikan suku bunga The Fed sebesar 75 basis poin pada pertemuan The Fed di Juni mendatang.
ADVERTISEMENT
Kekhawatiran tentang langkah kebijakan The Fed, pendapatan beragam dari beberapa perusahaan pertumbuhan besar, konflik di Ukraina, dan lockdown di China telah memukul Wall Street baru-baru ini, membayangi musim pelaporan triwulanan yang lebih baik dari perkiraan.