Cadangan Devisa Naik, Penerimaan BI Melesat Jadi Rp 30,8 Triliun

11 November 2019 13:49 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyampaikan keterangan pers tentang hasil Rapat Dewan Gubernur BI bulan Oktober 2019 di Jakarta, Kamis (24/10). Foto: ANTARA FOTO/Galih Pradipta
zoom-in-whitePerbesar
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyampaikan keterangan pers tentang hasil Rapat Dewan Gubernur BI bulan Oktober 2019 di Jakarta, Kamis (24/10). Foto: ANTARA FOTO/Galih Pradipta
ADVERTISEMENT
Realisasi penerimaan Bank Indonesia (BI) tahun ini sudah melampaui target. Hingga September 2019, realisasi penerimaan sudah mencapai Rp 30,82 triliun, mencapai 113 persen dari target Anggaran Tahunan Bank Indonesia (ATBI) 2019 yang sebesar Rp 27,15 triliun.
ADVERTISEMENT
Secara rinci, realisasi penerimaan tersebut berasal dari hasil pengelolaan aset valas yang mencapai Rp 30,77 triliun, melampaui target ATBI tahun ini yang mencapai Rp 27,02 triliun. Pengelolaan aset tersebut bahkan lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang mencapai Rp 29,26 triliun.
Aset valas terdiri atas kas, giro, tabungan, deposito, piutang, persediaan, surat-surat berharga yang dapat diperdagangkan (marketable securities), dan tagihan yang berasal dari transaksi forward, swap dan/atau option (plain vanilla) dalam valas.
Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, meningkatnya pengelolaan aset valas tersebut karena meningkatnya cadangan devisa Indonesia. Per September 2019, cadangan devisa RI mencapai USD 124,3 miliar dan meningkat menjadi USD 126,7 miliar per Oktober 2019.
"Pertama, memang karena cadangan devisa meningkat. Bahkan sekarang akhir Oktober USD 126,7 miliar. Dengan cadangan devisa yang lebih besar, sehingga ada komponen dari cadangan devisa yang kami lebih diarahkan untuk mendapatkan imbal hasil yang lebih tinggi," ujar Perry di Ruang Rapat Komisi XI DPR RI, Jakarta, Senin (11/11).
ADVERTISEMENT
Selain itu, melesatnya pengelolaan aset valas juga didorong oleh strategi dan kebijakan investasi yang dilakukan bank sentral. Salah satunya dengan menempatkannya di obligasi pemerintah maupun sukuk.
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyampaikan keterangan pers tentang hasil Rapat Dewan Gubernur BI bulan Oktober 2019 di Jakarta, Kamis (24/10). Foto: ANTARA FOTO/Galih Pradipta
"Kami tetap mengutamakan likuiditas kebutuhan pemerintah untuk pembayaran impor, utang, maupun lainya. Tapi tentu saja dengan jumlah cadangan devisa yang lebih tinggi, semakin banyak juga yang kami bisa lakukan untuk mencari imbal hasil," jelasnya.
Namun demikian, Perry menegaskan bahwa imbal hasil yang didapat tersebut tetap dikelola dengan baik dan prudent.
"Dan kami juga mulai juga mencari imbal hasil yang lebih tinggi melalui mortgage bank aset maupun corporate bond, tapi tetap prudent. Prudent penting tapi mencari spread yang lebih tinggi," kata Perry.
Selain itu, penerimaan bank sentral yang berasal dari operasional kegiatan pendukung mencapai Rp 10 miliar per September 2019, baru 27 persen dari target ATBI 2019 yang mencapai Rp 36 miliar. Sementara penerimaan administrasi sebesar Rp 34 miliar, baru 39 persen dari target ATBI 2019 sebesar Rp 87 miliar.
ADVERTISEMENT
Sementara untuk pengeluaran, hingga akhir September 2019 ini mencapai Rp 5,97 triliun, sudah 60,37 persen dari target ATBI 2019 yang mencapai Rp 9,9 triliun.
Secara rinci, gaji dan penghasilan mencapai Rp 2,24 triliun, manajemen SDM mencapai Rp 1,04 triliun, logistik Rp 868 miliar, dan kegiatan operasional pendukung mencapai Rp 685 triliun.
Selain itu, pengeluaran untuk program sosial BI dan pemberdayaan UMKM mencapai Rp 286 triliun dan pajak Rp 670 triliun.
Sehingga per September 2019 ini surplus operasional BI mencapai Rp 24,84 triliun. Angka ini melampaui target tahun ini yang hanya surplus Rp 17,24 triliun.