Cara Alfamart Jalankan Bisnis saat Kondisi Pasar Tak Terprediksi karena Corona

9 Juni 2020 20:39 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
com-Gerai Alfamart Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
com-Gerai Alfamart Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Alfamart menjadi salah satu waralaba yang masih bisa bergerak di tengah pandemi virus corona. Meski begitu, Alfamart menyiapkan strategi agar bisnis tetap berjalan di tengah situasi yang sulit ini.
ADVERTISEMENT
Marketing Director Alfamart Ryan Alfons Kaloh menjelaskan, saat ini pasar tidak bisa diprediksi dengan mudah. Untuk itu, ada 3 hal yang dilakukan pihaknya. Pertama adalah menggunakan data dan informasi terbaru.
Ryan menjelaskan, data lebaran tahun lalu belum tentu bisa diterapkan untuk kondisi sekarang. Apalagi, kata Ryan, data bulan Januari dan Februari tentu berbeda sekali saat Maret.
“Maret orang panic buying tiba-tiba naik, April jatuh lagi, Mei beda lagi. Apakah kita bisa lihat data itu 2 minggu lalu untuk dipakai minggu ini? Mungkin bisa tapi harus kita lihat lagi karena berbeda,” kata Ryan saat diskusi secara virtual, Selasa (9/6).
“Sehingga kita lihat kita harus lihat paket data yang terakhir. Oh kalau masih menunggu data ini, itu. Suplai data ini, itu kita telat mengambil keputusan,” tambahnya.
ADVERTISEMENT
Ryan menegaskan, data terakhir harus dijadikan patokan dengan memperhatikan kondisi yang ada. Ia mengatakan adanya pelonggaran PSBB juga membuat data 1 atau 2 minggu lalu belum tentu cocok diterapkan saat ini.
“Sehingga harusnya kita lihat adanya anomali-anomali pada awal kita lihat produk masker, hand sanitizer melonjak sampai kosong, sekarang enggak. Jadi jangan terjebak data bulan lalu oh bagus mungkin, belum tentu bagus juga minggu depan,” ujar Ryan.
Langkah berikutnya yang diterapkan Alfamart adalah memperhatikan local insight. Ryan menjelaskan hal itu harus dilakukan karena kebijakan di masing-masing daerah berbeda bergantung kebijakan yang diambil.
Ryan mencontohkan saat di DKI Jakarta mulai PSBB transisi secara bisnis bisa bagus karena masyarakat mulai keluar rumah. Namun, kondisi di DKI Jakarta tidak bisa langsung dijadikan acuan Alfamart di daerah lainnya.
ADVERTISEMENT
“Nah makanya harus melihat ada local strategi. Jakarta dan Bandung bisa beda, jam buka saja beda sesuai Pemda masing-masing. Jadi harus ada local adjustment melihat insight yang terjadi,” ungkap Ryan.
Karyawan melintas di depan lemari pendingin minuman kemasan di salah satu gerai Alfamart di Palembang, Sumatera Selatan, Kamis (20/2). Foto: ANTARA FOTO/Nova Wahyud
Ryan mengungkapkan langkah ketiga untuk menghadapi pasar yang tidak bisa ditebak ini adalah mengandalkan intuitive atau intuisi bisnis. Ia menuturkan harus berani berspekulasi untuk jangka pendek.
Ryan membeberkan dengan kondisi orang mulai keluar rumah karena kantor mulai buka, tentu barang-barang yang ditawarkan atau dijual bisa berbeda dengan saat masih PSBB.
“Misal lipstik bisa nggak dipakai ya ketutup masker. Nah kita juga harus ada barang-barang apa yang disiapkan untuk orang masuk ke kantor. Misal pola lain orang di kantor lapar ya bisnis fungsional ganjal lapar,” tutur Ryan.
ADVERTISEMENT