Cegah Krisis Pangan, Kemendes PDTT Optimalkan 1,8 Juta Ha Lahan Pertanian

14 Mei 2020 18:53 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Lahan pertanian Foto: ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra
zoom-in-whitePerbesar
Lahan pertanian Foto: ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra
ADVERTISEMENT
Kementerian Desa dan PDTT bakal melakukan intensifikasi 1,8 juta hektare lahan pertanian di 3,2 juta hektare kawasan transmigrasi di seluruh wilayah Indonesia. Langkah optimalisasi ini dilakukan untuk meningkatkan ketahanan pangan nasional guna mengantisipasi krisis pangan global yang berpotensi dihadapi Indonesia akibat pandemi virus corona (COVID-19).
ADVERTISEMENT
Menteri Desa dan PDTT Abdul Halim Iskandar mengungkapkan, untuk tahap pertama, total lahan yang akan diintensifikasi seluas 509.000 hektare.
“Kita berharap dari 509.000 hektare itu mulai pada musim kering ini dengan model bibit yang tidak membutuhkan banyak air, kemudian setahun bisa tanam dua kali,” ungkap Abdul dalam konferensi pers virtual, Kamis (14/5).
Abdul menjelaskan intensifikasi lahan yang dimaksud adalah upaya untuk meningkatkan produktivitas lahan. Artinya lahan tersebut sudah berupa tanah pertanian yang kemudian produktivitasnya akan ditingkatkan dengan sejumlah upaya.
Saat ini, produktivitas gabah kering di lahan transmigrasi rata-rata mencapai 5 ton per hektar sekali panen. Melalui intensifikasi ini, kapasitas produksi diharapkan bisa ditingkatkan hingga dua kali lipat. Sehingga total produksi gabah kering bisa mencapai 10 ton per hektar sekali panen.
Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Abdul Halim Iskandar saat melakukan telekonferensi pers. Foto: Dok. Kemendes PDTT
Dari intensifikasi tahap pertama ini, Abdul berharap, lahan-lahan tersebut bisa menghasilkan gabah kering mencapai 5 juta ton per tahun. Dari jumlah panen tersebut, biasanya akan mengalami penyusutan sebesar 20 persen ketika diolah menjadi gabah kering giling. Sehingga dari total panen akan menyisakan 4 juta ton gabah kering giling.
ADVERTISEMENT
Dari jumlah tersebut, yang bisa digiling menjadi beras biasanya hanya 50 persen atau sekitar 2 juta ton beras. Menurut Abdul, perkiraan konsumsi beras orang dewasa adalah sekitar 125 kilogram per tahun. Dengan demikian produksi 2 juta ton beras tersebut dapat mencukupi kebutuhan sekitar 16 juta orang dewasa dalam setahun. “Itu baru satu segmen dan baru sekitar 500.000 hektar,” ujarnya.
Namun Abdul menekankan, lahan yang bisa diintensifikasi ini harus memenuhi beberapa persyaratan. Pertama, tersedia rice milling unit (RMU) dan rice milling plant (RMP) dengan kapasitas giling 1,5 ton sampai 3 ton gabah per jam. Unit juga dilengkapi dengan dryer untuk membersihkan padi.
Dengan teknologi tersebut, berarti pengelolaan mesin-mesin juga membutuhkan manajemen modern sehingga harus didampingi para offtaker. Terakhir, lahan-lahan ini juga harus mendapat dukungan dari perbankan nasional. Saat ini Bank BNI, BRI, dan Bank Mandiri telah mendukung permodalan produksi padi transmigrasi. Syarat lain, lahan tersebut harus menggunakan bibit unggul, pupuk dan memiliki irigasi yang baik.
ADVERTISEMENT
Adapun lahan-lahan tersebut berada di kawasan transmigrasi seperti Mesuji (Lampung), Telang (Banyuasin), Bangka Belitung, Rasau Jaya (Kubu Raya), Dadahup Lamunti (Kapuas), Cahaya Baru (Barito Kuala), Maloy (Kutai Timur), Boalemo (Gorontalo), Bungku (Sulawesi Tengah), Mahalona (Luwu Timur). Selain itu, kawasan transmigrasi juga memiliki dukungan internal melalui dana desa.
Sedangkan untuk 1,3 juta hektare lahan lainnya, ditargetkan dapat mulai dimanfaatkan tahun depan setelah infrastruktur pendukungnya terpenuhi. Terutama, untuk rice milling unit dan rice milling plant.
Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona.
*****
kumparanDerma membuka campaign crowdfunding untuk bantu pencegahan penyebaran corona virus. Yuk, bantu donasi sekarang!