Cerita Chevron Jelang Cabut dari Blok Rokan karena Diganti Pertamina

20 Januari 2020 19:02 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pertamina Lifting Perdana Minyak Mentah Chevron di Blok Rokan. Foto: Dok. Pertamina
zoom-in-whitePerbesar
Pertamina Lifting Perdana Minyak Mentah Chevron di Blok Rokan. Foto: Dok. Pertamina
ADVERTISEMENT
Riwayat Chevron Pacific Indonesia (CPI) di Blok Rokan bakal segera berakhir pada Agustus 2021 mendatang. Mereka akan meninggalkan lapangan minyak dan gas terbesar di Indonesia setelah mengeruknya lebih dari 50 tahun.
ADVERTISEMENT
Jelang hengkang dari Indonesia, Presiden Direktur CPI Albert Simanjuntak mengatakan bahwa selama lebih dari setengah abad beroperasi di Indonesia, perusahaan asal Amerika Serikat ini telah menemukan 100 lebih lapangan migas. Dari temuan itu, perusahaan telah mengoperasikan dan memproduksi migas 89 lapangan.
"Pemerintah telah menunjukkan Pertamina Hulu Rokan sebagai operator selanjutnya mulai 9 Agustus 2020," kata Albert dalam rapat dengan pendapat bersama Komisi VII DPR RI, Jakarta, Senin (20/1).
Di akhir masa kerjanya, kata Albert, Chevron sudah tak mengebor sumur lagi. Aktivitas ini telah dihentikan pada 2018 lalu karena lapangan dianggap sudah tak ekonomis lagi.
Meski pengeboran sumur sudah berakhir, produksi pada tahun lalu mencapai 190 ribu barel per hari (bph). Albert mengklaim, angka ini lebih sedikit naik dari target Work Program & Budget (WP&B) 185 ribu bph.
Rapat Dengar Pendapat di Komisi VII DPR. Foto: Resya Firmansyah/kumparan
Target di Blok Rokan itu bisa dipenuhi karena perusahaan melakukan work over atau kerja ulang pada sumur-sumur yang ada menggunakan teknologi digital dengan memilih kandidat-kandidat sumur potensial yang dikerjakan dan meminimalisir down time. Adapun down time adalah jumlah waktu di mana suatu alat tidak dapat beroperasi disebabkan adanya kerusakan.
ADVERTISEMENT
"Kami sangat bersyukur pendekatan yang dilakukan. Alhamdulillah mampu melampaui rencana yang disetujui WP&B atau 102,5 persen," jelas dia.
Sedangkan pada tahun ini, berdasarkan WP&B, target produksi 161 ribu bph. Akan tetapi, per 16 Januari 2020, rata-rata produksinya 185.600 bph.
Untuk bagi hasil ke pemerintah selama tahun lalu, mencapai USD 2,54 miliar, sedangkan bagian kontraktor sedikit di bawah USD 250 juta.
"Jadi hanya 91 persen yang kami hasilkan diserahkan pada pemerintah. Kami pahami Blok Rokan sangat penting, enggak hanya dari sisi produksi tapi penghasilan untuk pemerintah," ucap dia.
Pertamina Lifting Perdana Minyak Mentah Chevron di Blok Rokan. Foto: Dok. Pertamina
Transisi dengan Pertamina Jadi Tantangan Utama
Selain melakukan work over pada sumur-sumur yang ada, tantangan utama jelang masa berakhir Blok Rokan, yakni transisi dengan PT Pertamina (Persero) sebagai penerus operator.
ADVERTISEMENT
Dalam masa transisi yang sudah dilakukan sejak tahun lalu, Albert mengaku perusahaan sudah melakukan alih kelola. Untuk menjaga stabilitas dan reabilitas Blok Rokan, perusahaan melakukan stimulasi agar produksi tak turun tajam, salah satunya dengan lakukan injeksi air terpola pada banyak lapangan termasuk Lapangan Minas.
"Itu sangat penting untuk kami. Upaya kita lakukan optimalisasi injeksi itu sangat penting agar jaga penurunan produksi enggak terlalu tajam," jelas dia.
Tantangan lain, kata dia, bekerja sama dengan Pertamina dalam penggantian pipa yang mengalirkan produksi migas. Pipa-pipa itu perlu diganti karena sudah berusia tua, lebih dari 30 tahun hingga 40 tahun.
Saat ini, Pertamina telah memulai pembangunan pipa pengganti. Sebagai operator lama, Chevron berkewajiban menjaga pipa yang ada agar produksi Blok Rokan tak terganggu.
ADVERTISEMENT
"Kami juga bekerja sama dengan Polda Riau, hampir 800 km melalui desa, kecamatan, dan kabupaten. Ini sangat penting menjaga produksi. Masyarakat juga ikut dukung perawatan pipa ini," terang Albert.