Cover Collection - Profit Edisi 3

Cerita Irwan Hidayat Bawa Jamu Sido Muncul ke Pasar Global

7 Februari 2020 15:44 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
PT. Sido Muncul. Foto: Argy Pradypta/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
PT. Sido Muncul. Foto: Argy Pradypta/kumparan
ADVERTISEMENT
Ruangan kecil tembus pandang yang terletak di kanan lobi kantor pemasaran Jamu Sido Muncul di Cipete, Jakarta Selatan, itu terasa dingin. Selain karena sehabis hujan, ruangan kecil itu juga ber-AC. Direktur Sido Muncul Irwan Hidayat sampai harus menggunakan jaket untuk menutupi kemeja putihnya.
ADVERTISEMENT
Cuaca Jakarta yang belakangan tak menentu memang membuat badan gampang terserang penyakit.
Kepada kumparan, Irwan yang merupakan generasi ketiga dari bisnis keluarga ini memiliki resep agar usaha yang dimulai oleh neneknya, Ny. Rakhmat Sulistyo P, ini bisa terus eksis. Meski tak mudah, nyatanya Irwan dan saudara-saudaranya bisa membawa Sido Muncul menjadi korporasi besar yang tembus pasar global. Produk jamu herbalnya sudah menyebar ke berbagai negara di ASEAN hingga Afrika.
Apa resep turun-temurunnya?
Sedikit termenung, Irwan mengingat, sebenarnya yang menjadi kesuksesan Sido Muncul saat ini adalah dimulai dari niat baik untuk menghasilkan produk yang baik. Dengan produk yang baik, Sido Muncul mudah diterima konsumen di dalam dan luar negeri. Selain itu, nama baik keluarga yang diwariskan nenek dan orang tuanya juga menjadi pendorong kesuksesan. Sebab, tanpa nama baik, akan sulit membuat citra Sido Muncul terus diingat sebagai jamu keluarga Indonesia.
ADVERTISEMENT
Selain itu, dia bilang, keberhasilannya di Sido Muncul adalah sebuah mukjizat karena dia selalu mendengarkan ucapan ibunya. Satu hal yang paling diingat adalah perintah langsung dari ibunya yang ingin perusahaan Sido Muncul melantai di bursa saham. Ini yang kemudian mengantarkan Sido Muncul sebagai perusahaan jamu pertama yang go public di Bursa Efek Indonesia (BEI).
"Jadi dia itu selalu ngomong bisa enggak ya perusahaan ini langgeng. Terus mama saya bilang ‘kamu tuh go piblic’ dia bilangnya piblic (seharusnya public). Sampai saat terakhir waktu mau go public, saya nulis surat ke mama saya enggak mau, capek," kata Irwan kepada kumparan dalam program The CEO kumparan di Kantor Sido Muncul, Cipete, Jakarta Selatan, Senin (20/1).
ADVERTISEMENT
Alasan Irwan yang sempat menolak usulan ibunya karena menjadi perusahaan terbuka membuat pergerakan bisnis tersebut selalu diawasi, bukan hanya oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan BEI, tapi juga oleh investor yang memiliki saham Sido Muncul. Karenanya, Irwan bersikeras menolak.
Tapi, di situ lah kekuatan ucapan seorang ibu. Irwan yang hanya lulusan SMA itu akhirnya luluh juga setelah disadarkan oleh suara yang dia dengar bahwa Sido Muncul berhasil karena terberkati ibunya.
"Tapi karena mama saya (yang minta), ya saya nurut. Pada tahun 90-an itu saya pernah duduk di kamar, saya dengar ‘aku memberkati Sido Muncul karena mamimu’. Saya nengok, ada patung. Saya kan Katolik jadi punya patung Siti Maryam, ngomong begitu. Sejak hari itu, apa yang diomongin mama saya, turutin. Saya janji," jelasnya.
Direktur PT Sidomuncul, Irwan Hidayat. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Tapi nama baik, mukjizat, dan ucapan ibunya yang selalu diingat tak akan membuat Sido Muncul maju seperti sekarang jika tak ada aksi yang berani. Irwan pun langsung membereskan masalah perusahaan satu per satu, mulai dari membenahi utang, membangun pabrik baru, memperbarui teknologi pabriknya, hingga membangun research and development (R&D).
ADVERTISEMENT
Irwan ingat betul, saat dirinya mendapatkan perintah untuk mengurus perusahaan ini dari nenek dan orang tuanya tahun 1973, pangsa pasar jamu hanya 0,5 persen di industri farmasi. Pamor jamu kalah jauh dengan pil obat-obatan.
Dia menyadari sulitnya jamu bersaing karena produk yang dibikin rasanya pahit. Orang tak akan suka meski khasiatnya terasa. Jadi, berpikirlah Irwan untuk menciptakan varian produk yang enak dikonsumsi, tapi tetap berkhasiat.
"Kalau sekarang perbandingannya dengan obat-obatan 7-8 persen, berarti kan ada pertumbuhan," jelasnya.
Tak hanya pangsa pasar yang tumbuh, kinerja keuangan perusahaan dari tahun ke tahun juga naik signifikan setidaknya pada lima empat tahun terakhir.
Laba bersih perusahaan pada 2015 tercatat Rp 437 miliar. Kinerja keuangan makin kinclong hingga mencatatkan laba bersih Rp 664 miliar pada tahun 2018.
Direktur Sido Muncul, Irwan Hidayat. Foto: Jamal Ramadha/kumparan
Irwan mengatakan, jika ingin bisa ekspor ke luar negeri, maka yang pertama harus ditaklukkan adalah pasar di dalam negeri dulu. Dia bilang, sebelum melanglang buana ke negeri orang, pastikan produk yang mau dijual tersebut punya tempat di tanah kelahirannya.
ADVERTISEMENT
"Untuk di dalam negeri bisa hebat, pertama itu produknya harus baik, kedua ya produknya harus baik, ketiga ya produknya harus baik. Kalau semua baik-baik ya gampang, scientific juga. Ibaratnya kalau fashion itu ya bahannya enak, modelnya bagus, harga reasonable," jelasnya.
Tak lupa, semua itu bisa dilakukan, kata Irwan, harus dilandasi konsistensi tinggi untuk memproduksi jamu herbal. Resep ini akan membuat siapa pun yang menekuninya akan menjadi ekspertis.
"Kalau produk Tolak Angin bisa mendunia nih, karena di dalam negerinya dulu laku. Dan itu memang saya sejak tahun 1992 sering tanya enggak ekspor pak? Wong di dalam negeri enggak laku. Ekspor tuh kan beras, minyak, sawit. Kalau jamu enggak (mudah)," kata dia.
ADVERTISEMENT
Dalam memproduksi jamu herbal, Irwan mengaku tak kesulitan memperoleh bahan baku. Sebab perusahaan bekerja dengan ratusan mitra petani yang berkebun menanam rempah-rempah yang dibutuhkan dalam sebuah racikan jamu seperti jahe hingga kayu manis.
Bisa dibilang bahan baku produk Sido Muncul 99 persen lokal. Hanya 1 persen yang diimpor perusahaan saban waktu yaitu ginseng. Maklum saja, tumbuhan yang satu ini hanya bagus hidup di negara yang memiliki empat musim. Karenanya, Sido Muncul kerap mengimpor ginseng dari Jepang, Korea Selatan, dan Amerika Serikat yang merupakan produsen ginseng.
Sementara di hilirnya, Irwan mengaku tak bisa sembarangan membuang limbah hasil produksi jamunya. Diakui dia, setiap hari, limbah padat dari rempah-rempah yang diproduksi mencapai 30 ton.
ADVERTISEMENT
"Belum limbah cairnya. Nah kalau limbah padatnya dibakar. Jadi kita enggak pernah membuang limbah. Dimanfaatkan semua, misalnya jahe di-squish, lalu dievaporasi atau jadikan serbuk. Terus, limbah padatnya diambil minyak aksirinya. Sisanya baru dibakar. Jadi kami hasilkan jahe itu, ekstrak jahe, minyak aksiri jahe, dan limbah. Jadi semua bisa diolah," terangnya.
Tolak Angin Sido Muncul Foto: Instagram/@sidomunculstore

Pabrik Jamu Sido Muncul dengan Konsep 4.0

Meski Irwan tak pernah mengecap bangku kuliah, dia yang diminta neneknya mengurusi bisnis ini tak mau asal-asalan. Karena sadar jamu adalah industri yang sulit berkembang sebab rasanya pahit, Irwan pun harus memutar otak agar jamu tetap dicari karena khasiatnya.
Irwan pun berbenah. Membayangkan pabriknya akan tetap beroperasi beberapa tahun lagi, dia pun melakukan otomasi pada mesin-mesin produksi. Semua alat kerja untuk menciptakan jamu-jamu berkualitas diganti secara otomatis dengan mesin.
ADVERTISEMENT
"Waktu tahun 98 saya bangun pabrik, saya bayangin masyarakat nanti enggak seperti saat itu, pasti kritis, teknologi maju, dan terbukti teknologi luar biasa. Terutama speed. Sekarang di AS ini orang bisa tahu kirim email atau WA. Jadi saya membayangkan saat itu tahun 97 saya putuskan bangun laboratorium," kata dia.
Langkahnya saat itu bukan tanpa cibiran. Beberapa orang melihat Irwan dengan rasa heran. Kata dia, "Orang bilang, lho ngapain bangun lab?"
Akan tetapi, saat itu, dia berpikir kalau manusia bisa menghadirkan masa depan ke hari ini, orang itu akan sukses. Meski tak yakin-yakin amat ke depan bakal sesukses saat ini, dirinya tetap memelihara sikap kritis terhadap kemajuan teknologi di era mendatang kala itu.
ADVERTISEMENT
Saat itu, ia tak ingin di masa depan orang meragukan jamu herbal yang memiliki khasiat tinggi tanpa ada bukti yang jelas. Menurutnya, khasiat produk jamu harus dibuktikan secara ilmiah.
"Saya yakinkan perusahaan ini harus scientific. Sebab kalau enggak, nanti kayak orang ini tanya jamu ini ‘manjur enggak’. Ada yang bilang enggak percaya. Makanya otomasi saya bayangkan karena cari karyawan itu susah suatu saat," kata dia.
Berkat pikirannya yang melompat jauh itulah kini bisa mendirikan jamu berbasis industri 4.0. Tiap bulan pabriknya dikunjungi hampir 8.000 orang yang ingin melihat bagaimana jamu yang tadinya diproduksi dari rumah kecil nan sederhana di Yogyakarta bisa besar dalam sebuah laboratorium canggih.
Pabrik dengan otomasi mesin ini menjadi pembuktian pepatah lama China berbunyi "Seratus kali mendengar tak sebanding dengan sekali melihat". Dia mempersilakan pabrik tersebut selama 15 tahun dikunjungi orang banyak agar tahu bahwa jamu herbal bukan lagi perkara manjur atau tidak, tapi ada bukti ilmiahnya.
ADVERTISEMENT
Tapi, Irwan tak ingin seperti kacang lupa kulitnya. Meski otomasi mesin jamu sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari pabriknya dan orang berbondong-bondong mengunjungi pabriknya, dirinya tetap tak ingin merumahkan karyawannya yang selama puluhan tahun bekerja membangun Sido Muncul.
Irwan mengklaim, tak sekali pun mem-PHK-an karyawannya. Per September 2019, Sido Muncul punya karyawan tetap mencapai 2.728 orang. Irwan menyebut, secara keseluruhan ada 4.000 orang yang bekerja di Sido Muncul yang 50 persen di antaranya sudah puluhan tahun bekerja dan sisanya adalah karyawan milenial.
"Meski kami otomasi, kami tak pernah PHK orang. Karena jumlahnya banyak, kami hindari human error dan saya tahu dengan cara begitu pabrik kami dilihat," jelasnya.

Cinta dan Konsistensi

Meski sejak 2016 Irwan tak lagi menduduki kursi nomor satu, tapi namanya tetap melekat sebagai bagian dari Sido Muncul. Jika Irwan jatuh bangun memikirkan bagaimana usaha jamu milik neneknya ini berkembang, apakah dia juga konsisten meminum jamu produksinya sendirinya?
ADVERTISEMENT
kumparan yang penasaran pun langsung menanyakan pada dirinya. Seolah tak ingin dicap sebagai pembual, di hadapan kumparan, dia langsung menelepon pembantu di rumahnya. Rupanya, Irwan ingin kami mendengar langsung dari penuturan pembantunya bahwa dia pun meminum jamu setiap hari selama puluhan tahun. Ia tak ingin mengklaim agar dipercaya.
"Temulawak, kunyit pak, probiotik. Ini pembantu saya yang ngomong pasti enggak bohong. Kalau kamu nulis, saya teleponin pembantu, dia bilang temulawak, kunyit, probiotik. Kenapa saya mulai minum jamu? Karena saya tahu itu baik," katanya usai menelpon dengan pembantunya dengan suara telepon dikencangkan agar kami benar-benar bisa mendengar cinta dan konsistensi Irwan terhadap jamu selama puluhan tahun benar adanya.
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten