Cerita Pasar Terapung yang Jadi Sumber Ekonomi Kedua Warga Banjarbaru

1 Oktober 2018 11:31 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Suasana di Pasar Terapung, Sungai Barito, Kalimantan Selatan. (Foto: Ema Fitriyani/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Suasana di Pasar Terapung, Sungai Barito, Kalimantan Selatan. (Foto: Ema Fitriyani/kumparan)
ADVERTISEMENT
Pasar Terapung menjadi sumber ekonomi kedua bagi warga yang berjualan di atasnya saban pagi. Kebanyakan dari mereka adalah ibu-ibu yang sudah sejak subuh mendayung perahunya untuk berjualan hingga pukul 09:00 WITA.
ADVERTISEMENT
Pasar Terapung terletak di Sungai Barito yang luas, tepatnya berada di Muara Kuin, Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Pekerjaan utama mereka sebagai petani padi.
Salah satu penjual di Pasar Terapung yang kumparan temui bernama Nisa. Di atas perahunya, perempuan 35 tahun ini menjajakan jeruk sunkist dan ikan sepat kering.
"Sekilo Rp 20 ribu saja. Dapat 5 biji," kata Nisa menawarkan jeruk sunkist kepada kumparan, Kamis (27/9) lalu setelah menyebut sebelumnya harga 1 kg jeruk sunkist sebesar Rp 40 ribu.
Nisa mengaku, berjualan di atas sungai ini sudah dilakoninya sejak dia menikah, 10 tahun lalu. Dia menjadikan berjualan di atas sungai yang pernah masuk dalam video salah satu stasiun televisi ini sebagai sumber ekonomi kedua.
ADVERTISEMENT
"Di sini kerjaan utamanya petani padi. Kalau jualan cuma sampingan saja," lanjut dia.
Suasana di Pasar Terapung, Sungai Barito, Kalimantan Selatan. (Foto: Ema Fitriyani/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Suasana di Pasar Terapung, Sungai Barito, Kalimantan Selatan. (Foto: Ema Fitriyani/kumparan)
Sumber penghasilannya di Sungai Terapung berasal dari para pengunjung yang tengah berkunjung ke Banjamasin. Jika sedang ramai, dia bisa mendapatkan penghasilan maksimal Rp 500 ribu per hari.
Kalau sedang sepi, kadang hanya Rp 50 ribu per hari. Uang segitu diakuinya hanya cukup buat makan. Biasanya, kalau sudah tidak ada perahu klotok atau kapal lewat lagi, mereka pulang ke rumah membawa barang dagangan yang tak habis untuk dijual lagi ke pasar.
Hal yang sama juga diungkapkan Rosmia. Perempuan berkerudung ini mengaku senang jika ada perahu-perahu klotok yang berdatangan ke Pasar Terapung karena kemungkinan besar jualannya banyak dibeli.
ADVERTISEMENT
kumparan sendiri melihat jualan Rosmia beragam. Mulai dari buah mentega, ikan sepat kering, peci, hingga jeruk limau khas Banjar. Ada juga bedak dingin berbentuk bulat yang juga dia pakai di pipinya.
"Untuk muka biar sehat," akunya.
Suasana di Pasar Terapung, Sungai Barito, Kalimantan Selatan. (Foto: Ema Fitriyani/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Suasana di Pasar Terapung, Sungai Barito, Kalimantan Selatan. (Foto: Ema Fitriyani/kumparan)
Dia bilang barang-barang jualannya, meski sebagian besar adalah buah-buahan dan sayuran, tidak diambil dari kebunnya sendiri. Tapi ada yang beli dari pasar di darat.
"Karena itu uang yang kita dapat, diputar lagi buat beli di pasar," jelas dia.
Pasar Terapung sudah lama ada di Sungai Barito. Salah satu kesulitan berjualan di sini adalah saat arus cukup deras. Ditambah saat ini Banjarmasin tengah diselimuti asap pekat karena kebakaran hutan di Banjarbaru.
ADVERTISEMENT
Sama seperti Nisa, dia pun bertani. Karena itu, kebanyak warga Banjar yang bertani tidak perlu pusing untuk makan, karena beras tersedia. Hanya saja, dia mengaku belakangan harga padi di tingkat petani dibeli sangat murah.
"Beras di sini Rp 6 ribu per kg. Kalau padi 20 liter cuma Rp 50 ribu. Murah karena banyak beras diimpor," kata dia.