Cerita Warga Natuna Soal Mahalnya Harga Listrik di Daerah Perbatasan

30 Mei 2018 7:58 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
PLN melistriki desa terpencil di Natuna (Foto: Resya Firmansyah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
PLN melistriki desa terpencil di Natuna (Foto: Resya Firmansyah/kumparan)
ADVERTISEMENT
Wajah Sawal, warga Pulau Tiga atau Sabang Mawang, Kabupaten Natuna, Kepulauan Riau, tampak semringah saat melihat Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) milik PT PLN (Persero) di desanya dihidupkan.
ADVERTISEMENT
Sebab dengan demikian, dusunnya yang selama ini gelap gulita akan segera teraliri listrik oleh PLN. Seusai PLTD tersebut dihidupkan, beberapa warga mendatangi petugas PLN di lokasi untuk bertanya mengenai tarif yang dikenakan.
“Senang saja. Desa kami akhirnya ada listrik, mau tanya bagaimana mau memasangnya (instalasi listrik PLN),” kata Sawal kepada Kumparan di Pulau Tiga, Kabupaten Natuna, Selasa (29/5) sore.
Dia bercerita, selama ini, sebagian besar warga Pulau Tiga menggunakan mesin diesel untuk bisa mengakses listrik. Rata-rata, warga setempat menggunakan diesel hanya agar tempat tinggalnya memiliki lampu penerangan.
Sawal, warga dusun di Natuna (Foto: Resya Firmansyah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Sawal, warga dusun di Natuna (Foto: Resya Firmansyah/kumparan)
“Kalau ada yang punya televisi, ya paling televisi buat hiburan malam-malam. Selebihnya enggak ada, paling lampu sama televisi saja,” ucapnya.
Namun ketika menggunakan diesel, menurut Sawal, biaya yang harus digelontorkan setiap bulannya tergolong besar yakni mencapai Rp 400 ribu. Nilai itu cukup besar baginya yang berprofesi sebagai buruh di industri pengolahan ikan.
ADVERTISEMENT
Tak hanya itu. Dia mengatakan sebelum menyalakan genset harus terlebih dulu membeli BBM jenis Solar seharga Rp 30 ribu untuk 5 liter. Pun ketika genset rusak, dia juga harus segera mencari teknisi untuk memperbaiki.
“Karena keluarga ribut kalau enggak ada listrik (dari genset). Pakai genset repot juga, setiap hari pulang kerja sudah lelah, harus ngurus lagi genset, beli minyak. besar risiko kalau rusak,” papar Sawal.
PLN melistriki desa terpencil di Natuna (Foto: Resya Firmansyah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
PLN melistriki desa terpencil di Natuna (Foto: Resya Firmansyah/kumparan)
Senada, warga Pulau Tiga lainnya, Yuli, berharap dengan adanya listrik dari PLN, biaya yang selama ini dikeluarkan warga agar lampu di rumahnya tetap menyala dapat ditekan. Menengok penghasilan warga setempat yang tidak begitu besar.
“Kami sama, biaya (untuk genset) sekitar Rp 300 ribu-400 ribu. Semoga jadi murah listriknya kalau ada PLN,” katanya.
ADVERTISEMENT