Chatib Basri Dukung Adanya Lembaga Pengelola Investasi, Ini Alasannya

29 Januari 2021 15:05 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Chatib Basri Foto: bekraf.go.id
zoom-in-whitePerbesar
Chatib Basri Foto: bekraf.go.id
ADVERTISEMENT
Komisaris Utama PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, Chatib Basri, mendukung dibentuknya Sovereign Wealth Fund (SWF) atau Lembaga Pengelola Investasi (LPI). SWF yang diberi nama Indonesia Investment Authority (INA) dibentuk sebagaimana amanat UU Cipta Kerja.
ADVERTISEMENT
Chatib Basri mengatakan problem investasi di Indonesia bukanlah uang. Namun, masalah yang sering muncul adalah kurangnya problem yang bagus.
“Project banyak di Indonesia tapi yang regulasinya lengkap, yang aman, yang rate of return-nya bagus itu enggak banyak di sini. Kenapa? karena sebagian project yang asetnya bagus segala macam itu quote on quote dikekepin BUMN kan, itu makanya orang kadang-kadang selalu bilang dilepas dong asetnya,” kata Chatib saat webinar yang digelar Mandiri Sekuritas, Jumat (29/1).
Chatib mencontohkan beberapa proyek yang bagus seperti Tol Jagorawi yang return-nya jelas atau aset PLN seharusnya bisa dimaksimalkan. Ia percaya SWF bisa membuat investasi di Indonesia semakin membaik.
“Nah yang dimunculkan SWF yang berbeda adalah recycling aset ini dimungkinkan sekarang. Karena Menkeu itu bisa dibolehkan transfer aset sehingga aset ini kemudian bisa diberdayakan gitu,” ujar Chatib.
ADVERTISEMENT
“Kalau istilahnya Bu Sri Mulyani kenapa negara maju kaya, kalau di sini orangnya yang kerja, asetnya enggak, di negara maju orangnya enggak kerja, asetnya yang kerja, ya kan dan itu betul sekali,” tambahnya.
Pemandangan proyek pembangunan infrastruktur jalur LRT di Jalan Rasuna Said, Jakarta Selatan. Foto: ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan
Chatib merasa SWF bisa membuat aset yang dimiliki Indonesia bisa bekerja. Apalagi, kata Chatib, sebenarnya banyak yang mencari proyek bagus di Indonesia. Ia merasa perbankan juga akan mendekat menawarkan kredit kalau perusahaan atau proyeknya bagus.
“Dan akhirnya kita membuat aset ini yang bekerja sehingga investornya tertarik dan kalau dia dikasih misalnya infrastruktur macam-macam itu minatnya banyak, yang selama ini enggak mungkin dilakukan karena itu adalah aset negara, dikekepin BUMN, susah,” ungkap Chatib.
Sebelumnya, Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara menegaskan bahwa SWF milik Indonesia ini berbeda dengan SWF di negara-negara lain. Suahasil mengatakan, INA nantinya akan menghimpun dana berupa ekuitas, bukan berupa utang.
ADVERTISEMENT
“Logika utama dari Indonesia SWF berbeda dengan negara-negara lain. Logika utama dari SWF Indonesia adalah kita ingin mengundang foreign fund, dana dari luar negeri masuk ke Indonesia bukan sebagai utang namun sebagai equity,” ujar Suahasil dalam BRI Group Economic Forum 2021 Indonesia Economic Recovery, Opportunities in The Time of Pandemic, Kamis (28/1).
Agar foreign fund tersebut bisa masuk sebagai equity maka Indonesia perlu menyediakan semacam pancingan, yaitu berupa INA. Menurut Suahasil, INA telah dilengkapi dengan modal awal sebesar Rp 15 triliun berbentuk cash yang bersumber langsung dari APBN. Adapun modal tersebut menurutnya akan semakin diperbesar seiring berjalannya waktu.
Aset tersebut nantinya akan dikerjasamakan dengan mitra investor strategis dari luar negeri. Keberadaan INA menurut Suahasil menjadi sangat penting bagi development financing Indonesia ke depan.
ADVERTISEMENT
Suahasil berharap portfolio yang masuk sebagai equity nanti merupakan portfolio bersifat jangka panjang dan bukan hanya sekadar portfolio jangka pendek. Inilah yang akan menjadi PR besar bagi INA untuk mendesain proyek mana yang bakal dikerjasamakan dan proyek mana yang berpotensi menjadi game changer bagi pendanaan pembangunan jangka panjang.