Chatib Basri soal Resesi: Sekarang Bertahan, Ekonomi RI Baru Pulih 2022

9 November 2020 14:11 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Chatib Basri Foto: bekraf.go.id
zoom-in-whitePerbesar
Chatib Basri Foto: bekraf.go.id
ADVERTISEMENT
Meski Indonesia masuk resesi setelah pertumbuhan ekonominya negatif pada dua kuartal berturut-turut, namun ekonom senior Chatib Basri menilai sudah ada perbaikan. Badan Pusat Statistik (BPS) melansir data, pertumbuhan ekonomi pada kuartal III 2020 minus 3,49, lebih baik dari kuartal sebelumnya minus 5,32.
ADVERTISEMENT
Chatib Basri yang pernah menjabat Menteri Keuangan (2013-2014), menyatakan pemulihan ekonomi Indonesia baru bisa terjadi, setelah pandemi bisa diatasi. Perkiraannya yakni pada 2022. Selama masih pandemi, menurutnya ekonomi Indonesia menghadapi situasi bertahan atau survival.
“Setelah pandemi bisa diatasi, aktivitas mulai mengarah kepada normal. Baru kita bicara tahap pemulihan. Kalau sekarang itu survival,” kata Chatib Basri dalam diskusi daring mendorong investasi saat pandemi di Jakarta, Senin (9/11).
Chatib Basri menyebut saat ini masa bertahan atau survival dari dampak pandemi Virus Corona, meski pertumbuhan ekonomi sudah mulai menunjukkan perbaikan dari kuartal II yang mencapai kontraksi 5,32 persen menjadi kontraksi 3,49 persen pada kuartal III-2020.
Mengingat saat ini dinilai sebagai masa bertahan, lanjut dia, pelaku usaha belum akan melakukan ekspansi bisnis karena masih ada pembatasan ekonomi.
Tanda jaga jarak yang dipasang di mall Senayan City, Jakarta. Foto: Muhammad Adimaja/Antara Foto
“Misalnya restoran, orang hanya boleh 50 persen, untuk apa ekspansi restoran baru jika di tempat yang ada saja belum bisa penuh karena masih pembatasan,” kata dosen FEB UI itu.
ADVERTISEMENT
Chatib Basri menambahkan ketika ekonomi mulai pulih dan normal kembali tahun 2022, diperkirakan investasi swasta baru akan meningkat.
“Jika vaksin butuh waktu 2021, saya tidak yakin investasi swasta naik tajam 2021 karena protokol masih in place karena itu proses recovery di mana investasi naik itu periode setelah kondisi ekonomi mulai normal,” imbuh mantan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) 2012-2013.
Pemerintah, lanjut dia, memiliki peran penting di dalam memberikan insentif kepada pelaku usaha ketika investor mulai masuk saat ekonomi mulai pulih. Insentif, kata dia, diberikan khususnya kepada pelaku usaha yang memiliki proyek hijau atau pembangunan berkelanjutan berbasis lingkungan.
“Di sini peran intervensi pemerintah contohnya BBM fosil tidak bisa lagi disubsidi. Jika itu terus disubsidi, orang akan terus konsumsi BBM fosil. Ketika harga minyak relatif rendah, saatnya melepas subsidi, uangnya bisa untuk kesehatan, bisa dialokasikan mendukung sektor renewable,” kata Chatib Basri.
ADVERTISEMENT