Chatib Basri Usul Bansos Tunai Naik Jadi Rp 1,5 Juta per Keluarga

21 Agustus 2021 15:45 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Chatib Basri Foto: bekraf.go.id
zoom-in-whitePerbesar
Chatib Basri Foto: bekraf.go.id
ADVERTISEMENT
Bansos tunai sebesar Rp 300 ribu per bulan dinilai tidak cukup untuk melindungi keluarga miskin dari dampak pandemi. Mantan Menteri Keuangan Chatib Basri mengatakan seharusnya bansos tunai yang diberikan ke masyarakat miskin dan rentan nilainya berkisar Rp 1-1,5 juta per bulan per keluarga.
ADVERTISEMENT
“Mungkin kita harus kasih bantuan ke 160 juta penduduk. Ide gila memang. Hitungannya satu keluarga terdiri empat orang ibu bapak dua anak. Jadi artinya dibagi uangnya kepada 40 juta rumah tangga. Kasihnya jangan Rp 300 ribu, itu orang tetap keluar rumah. Tapi diberikan Rp 1-1,5 juta per bulan per keluarga,” ujar Chatib dalam Webinar Ekonomi Pandemi Kita, Sabtu (21/8).
Besaran ini menurut Chatib paling ideal sebab tidak terlalu rendah namun juga tidak setinggi besaran upah minimum. Sebab jika besaran bansos tunai diberikan setinggi upah minimum, maka orang justru akan berhenti kerja. “Buat apa dia kerja kalau BLT-nya setinggi upah dia. Jadi harus di bawah upah minimum tapi bisa membuat mereka stay at home,” ujarnya.
Petugas PT Pos Indonesia menyerahkan bantuan sosial (bansos) tunai tahap pertama Kemensos kepada salah seorang KPM di Kota Bogor, Jawa Barat, Rabu (22/4/2020). Foto: Dok. Kemensos
Dengan besaran bansos tunai senilai Rp 1-1,5 juta untuk 40 keluarga maka pemerintah membutuhkan anggaran sekitar Rp 40-60 triliun per bulan. Dengan besaran anggaran ini pemerintah sejatinya bisa mengambil opsi lockdown. Sebab secara teori, lockdown tidak bisa dilakukan terlalu lama.
ADVERTISEMENT
Misalnya pemerintah berani mengambil opsi tersebut dan melakukan lockdown untuk dua atau tiga bulan, maka dana yang dibutuhkan mencapai Rp 120-180 triliun. Menurut Chatib anggaran tersebut tidak terlalu besar. Sebab menurutnya kunci sebuah negara bisa bebas dari pandemi ini adalah mengatasi pandemi itu sendiri.
“Itu kebutuhan dananya Rp 120-180 triliun. Enggak terlalu banyak sebenarnya. Ini yang bisa dilakukan. Kalau pandemi masih ada aktivitas ekonomi akan sulit. Untuk periode jangka pendek fokusnya adalah adressing pandemi,” tegasnya.