China-Taiwan Memanas, Sri Mulyani Waspadai Dampaknya ke Ekonomi RI

5 Agustus 2022 18:22 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati saat konferensi pers FMCBG G20 di Nusa Dua, Bali, Sabtu (16/7/2022). Foto: EPA/G20
zoom-in-whitePerbesar
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati saat konferensi pers FMCBG G20 di Nusa Dua, Bali, Sabtu (16/7/2022). Foto: EPA/G20
ADVERTISEMENT
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani mengingatkan sederet tantangan eksternal bagi perekonomian Indonesia masih sangat besar ke depan. Salah satunya konflik geopolitik yang sedang memanas antara China dan Taiwan.
ADVERTISEMENT
Sri Mulyani berkata, tantangan pertama adalah segala kebijakan fiskal dan moneter yang dilakukan negara maju. Contohnya bank sentral AS, Federal Reserve (The Fed) dengan kenaikan suku bunga yang agresif.
"The Fed menaikan suku bunga dengan sangat agresif itu seperti orang menggunakan antibiotik spektrum tinggi dan luas, karena ini sudah menggunakan suatu instrumen atau policy yang sangat powerful. Nanti kita lihat siapa yang kena antibiotik duluan, apakah penyakitnya yaitu inflasi atau growth-nya," jelasnya saat Soft Launching Buku: Keeping Indonesia Safe from COVID 19 Pandemic, Jumat (5/8).
Tantangan kedua, yang lebih sulit diprediksi, adalah konflik geopolitik. Sri Mulyani berkata, tidak hanya memantau konflik di Ukraina, tapi sudah saatnya Indonesia mewaspadai konflik antara China dan Taiwan.
ADVERTISEMENT
"Kalau sebelumnya kita fokus ke Ukraina, sekarang dekat-dekat kita yaitu Taiwan. Kita berharap tidak akan berkembang, tapi itu nobody can't, walaupun baca semua teori analisis politik yang ada 1001 versi, so you never know what's going to happen," tegasnya.
Lanjut Menkeu, tantangan keempat adalah perubahan iklim yang sudah mulai terjadi tanda-tandanya seperti kekeringan, kelaparan di negara-negara Afrika, dan kebakaran hutan. Tantangan kelima adalah perkembangan teknologi digital.
"Munculnya digital currency, cryptocurrency, so basically sebagai suatu negara yang open Indonesia relatif mid size kita harus sangat aware terhadap kemungkinan dinamika yang terjadi setiap saat yang akan berikan dampak ke kita," ujarnya.
Infografik Adu Kuat Militer China-Taiwan. Foto: kumparan
Sehingga, dia meminta Kementerian Keuangan (Kemenkeu) sebagai pengampu kebijakan fiskal agar bersiap selalu dengan berbagai macam kemungkinan, serta bisa belajar dari berbagai fenomena yang sedang atau akan terjadi.
ADVERTISEMENT
Meski ada sederet tantangan eksternal, Sri Mulyani memastikan kondisi perekonomian Indonesia masih sangat aman saat ini. Mengingat pencapaian pertumbuhan ekonomi di kuartal II 2022 menembus 5,44 persen.
"Indonesia relatif in a good position, demand dan suplai tetap terjaga, inflasi memang tertahan karena kita memberi subsidi banyak," katanya.
Menkeu melanjutkan, pencapaian ini juga didukung oleh melonjaknya kinerja ekspor dan konsumsi masyarakat, ditambah kesiapan sisi suplai yang sudah mulai responsif, Indonesia bisa mendapatkan pertumbuhan 5,44 persen dengan inflasi relatif stabil.
"Di negara lain barangkali inflasi sudah sangat tinggi sementara recovery suppy side belum terlalu besar, sehingga growth-nya juga belum tinggi," imbuhnya.