China vs Australia, Apakah Akan Terjadi Perang Dagang?
ADVERTISEMENT
Hubungan dagang antara Australia dengan China sedang tidak baik-baik saja. Kedua negara tersebut dikabarkan bakal terlibat perang dagang .
ADVERTISEMENT
Tensi perang dagang China-Australia meningkat sejak pekan lalu, ketika otoritas Negeri Tirai Bambu menginspeksi lobster impor asal Australia, lalu menghentikan impor kayu dari negara bagian Queensland, dan menghentikan pengiriman sereal dan biji-bijian dari perusahaan asal Australia, Emerald Grain.
"Meskipun kami tidak boleh langsung mengambil kesimpulan, kami bekerja sama dengan berbagai industri yang telah menjadi subjek laporan ini," kata Menteri Perdagangan Australia, Simon Birmingham, menanggapi tindakan perang dagang China itu.
Pemerintah China lalu bakal memboikot produk impor asal Australia. Kebijakan itu akan berlaku efektif mulai Jumat (6/11), setidaknya untuk tujuh produk ekspor andalan Australia ke China. Yakni batu bara, sereal dan biji-bijian, tembaga, gula, kayu, wine, dan lobster.
ADVERTISEMENT
Tapi Pemerintah China membantah telah menginstruksikan boikot produk Australia tersebut. Reuters melaporkan, Kementerian Luar Negeri China berdalih pengurangan impor produk Australia merupakan inisiatif para importir sendiri.
"Perusahaan terkait yang mengurangi impor produk dari Australia. Mereka bertindak atas inisiatif mereka sendiri," dilansir Reuters, Selasa (3/11).
Aksi perang dagang China ini diduga merupakan balasan atau retaliasi atas langkah Australia yang dianggap merugikan China. Hubungan kedua negara menegang, setelah Australia melarang Huawei Technologies Co membangun jaringan 5G pada 2018 dengan alasan keamanan nasional.
Sebelum melarang Huawei Technologies Co membangun jaringan 5G, Komisi Antidumping Australia juga sudah memeriksa produk aluminium impor asal China. Kerja sama ekonomi kedua negara itu makin suram, setelah pemerintah Perdana Menteri Scott Morrison pada April lalu menyerukan penyelidikan independen terhadap asal-usul virus corona.
ADVERTISEMENT
Nilai perdagangan Australia dan China dalam setahun terakhir mencapai USD 173 miliar atau lebih dari Rp 2.500 triliun. Yang membuat Perdana Menteri Scott Morrison deg-degan adalah, selama ini Australia ada di posisi yang meraih surplus.
Bahkan perdagangan dengan China, menjadi penyumbang terbesar surplus neraca perdagangan Australia secara keseluruhan.