Cover Profit Edisi 3

Cinta Dalam Pusaran Ekonomi Bangsa

7 Februari 2020 16:04 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Zona bisnis. Foto: Argy Pradypta/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Zona bisnis. Foto: Argy Pradypta/kumparan
ADVERTISEMENT
Februari sebenarnya bulan yang biasa saja bagi Fida’, 28 tahun. Namun, bagi pria asal Semarang yang kini bekerja di salah satu perusahaan swasta di Jakarta ini, meskipun tak ada yang spesial, Februari semacam bulan yang memiliki ritual.
ADVERTISEMENT
Saban Februari, dia selalu memberikan hadiah cokelat kepada pasangannya. Ya, Februari kerap diidentikan dengan bulan kasih sayang, di mana setiap tanggal 14 Februari disebut sebagai Valentine Day.
"Daripada dikira jadi cowok enggak perhatian. Enggak yang mahal-mahal juga. Paling cokelat batangan saja yang biasa di minimarket. Kasih pita, simpel. Emang kebetulan doi suka cokelat juga sih. (Harganya) Di bawah Rp 200 ribu," kata Fida’ kepada kumparan.
Ada juga Ajeng, yang setiap tahun pasti merayakan Valentine. Dia bahkan mengaku sudah merayakannya sejak masa SMP. Di masa itu, Ajeng sering bertukar cokelat dengan gebetannya secara diam-diam karena dilarang pihak sekolah.
"Terus SMA sampai kuliah juga gitu, pasti merayakan valentine sama pacar. Yah dulu karena masih mengandalkan uang jajan, pacar paling cuma dibeliin cokelat di Indomaret terus ajak makan pecel lele kesukaanku saja. Paling bagus nonton bioskop," ujar Ajeng.
ADVERTISEMENT
Kebiasaan merayakan valentine itu terus berlanjut sampai Ajeng bekerja. Saat pacaran dengan orang yang sama-sama sudah bekerja, tentu pengeluarannya lebih besar dari sebelumnya.
"Tapi setelah kerja dan pacaran sama orang yang kerja juga, baru mulai istimewa valentine-nya. Biasa makan di restoran fancy yang mungkin sekali makan berdua aja habis Rp 500 ribu, jarang-jarang makan sampai segitu kecuali ulang tahun," ungkap Ajeng.
"Belum lagi booking hotel. Waktu masih pacaran backstreet, tentu booking hotelnya yang bagus dan beda dari hotel biasa," tambahnya.
Produk manis edisi khusus Valentine. Foto: Pixabay
Ajeng menjelaskan pernah suatu malam berjalan-jalan bersama gebetannya. Saat itu, ia melihat ada penjual bunga. Ia mengira bunga itu harganya murah. Namun, karena valentine day, bunga mawar menjadi melonjak harganya.
ADVERTISEMENT
"Di lampu merah ada penjual mawar merah. Gebetan beli, kirain harganya cuma Rp 20 ribu buat setangkai, ternyata mahal juga Rp 50 ribu," kenang Ajeng.
Yang dilakukan Fida’ dan Ajeng mungkin biasa saja. Namun, ini bukan hanya soal cinta semata. Ada gerak roda ekonomi yang berputar dari hari Cinta.
Pedagang bunga, bisnis cokelat, atau bahkan industri hotel dan restoran misalnya, terdongkrak di hari kasih sayang. Biasanya setiap Februari penjaja bunga ramai di pinggiran jalan.
Selain itu, promo cokelat juga dijajakan di toko-toko waralaba. Mal-mal di kota-kota juga memanfaatkan momentum kasih sayang untuk mendongkrak penjualannya.
Hotel-hotel juga kerap menawarkan promo untuk meningkatkan okupansinya. Begitupun restoran menawarkan menu makan malam spesial untuk para pasangan yang ingin merayakan hari kasih sayang.
ADVERTISEMENT
CEO FamilyMart Indonesia, Wirry Tjandra, mengakui jika penjualan cokelat akan melonjak setiap memasuki bulan Februari karena adanya hari Valentine.
“Kami juga mengadakan program promosi untuk semua produk cokelat valentine. Setiap tahun pasti ada promosi dengan hadiah dan mekanisme berbeda-beda,” katanya.
Penawaran menarik yang dilakukan FamilyMart seperti ada lomba foto dengan pasangan setelah membeli cokelat di FamilyMart dan diposting di sosial media. Wirry merasa langkah yang diambilnya bisa menarik pembeli, khususnya yang merayakan valentine.
Wirry membeberkan dengan strategi itu, penjualan cokelat naik drastis. Hanya saja, ia tidak mau membeberkan berapa angka pastinya.
“Biasanya penjualan di bulan Februari penjualan cokelat naik double digit karena konsumen kami banyak yang millenials,” ungkap Wirry.
Senada dengan Wirry, Corporate Communication GM PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk, Nur Rachman, mengaku pihaknya juga tidak ingin membiarkan momen valentine berlalu begitu saja. Berbagai penawaran seperti diskon sampai hadiah menarik lainnya juga disiapkan.
ADVERTISEMENT
Namun, ia belum bisa membeberkan berapa peningkatan penjualan cokelat di Alfamart. Sebab, kata Nur Rachman, datanya baru bisa diketahui di akhir bulan.
“Ada promo-promo ya menarik minat (pembeli). Iya untuk peningkatan penjualan (cokelat saat valentine) ada diskon sampai 35 persen, ada promo-promo lah,” ungkap Nur Rachman.
Selain penjual cokelat, para pedagang bunga di Pasar Bunga Rawa Belong juga tak mau membiarkan valentine day lewat begitu saja. Mereka memanfaatkan banyaknya orang yang mencari bunga untuk menaikkan harga setiap setahun sekali.
“Satu bunga mawar (untuk) valentine agak mahal. Kalau (hari) biasa murah. Kalau sekarang masih murah,” kata Desi, salah seorang pedagang di Pasar Bunga Rawa Belong.
Penjualan pernak-pernik valentine di pusat bunga Rawa Belong, Jakarta Barat, Rabu (13/2). Foto: Nurul Nur Azizah/kumparan
Harga murah yang dimaksud Desi berkisar antara Rp 25 ribu untuk satu ikat bunga mawar yang berisi sekitar 20 tangkai. Harga itu juga dijual di tempat Rudi, seorang pedagang yang turut mengadu nasib dengan menjual bunga.
ADVERTISEMENT
Rudi menjelaskan tidak ada perbedaan harga dari setiap bunga mawar baik merah maupun putih yang dijualnya. Saat mendekati valentine day, Rudi akan menjual satu ikat bunga mawar seharga Rp 80 ribu.
“Valentine harganya bisa Rp 80 ribu. Kalau valentine entar kembangnya (bunganya) valentine beda lagi. Tiap kembang beda. Kembangnya kembang ini (mawar) tapi harganya harga valentine,” ujar Rudi.
Rencananya, Rudi mulai menaikkan harga bunga mulai tanggal 10 atau Februari. Ia mengaku tidak ada yang keberatan dengan kenaikan harga yang dibuatnya.
Hanya saja, Rudi enggan membeberkan berapa keuntungan atau bunga yang terjual selama valentine setiap tahunnya. Ia hanya memastikan dari jualan bunga kurang lebih 12 tahun ini bisa menghidupinya di Jakarta.
ADVERTISEMENT
“Mulai 11 an (Februari) lah atau 10 sudah mulai naik. Kalau beli sekarang nggak kuat (layu). Rp 70 sampai 80 dari tahun-tahun dulu gitu,” terang Rudi.
Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (INDEF ), Tauhid Ahmad mengakui ada perputaran ekonomi yang berjalan. Namun, Tauhid mengaku belum bisa memastikan pergerakannya karena perayaannya hanya saat tanggal 14 Februari.
“Misalnya berapa sih jumlah orang yang merayakan valentine, jumlah konsumsinya, sebagainya kan enggak kelihatan. Kita susah mengatakan besar atau kecil gitu,” kata Tauhid saat dihubungi.
Selain itu, Tauhid menganggap sejauh ini cokelat yang diidentikkan dengan valentine tidak semuanya berasal dari dalam negeri. Menurut Tauhid masih banyak cokelat yang impor.
Infografik Ekspor dan Impor Kakao. Foto: Andri Firdiansyah Arifin/kumparan
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten