CORE: Masalah Pengangguran Tidak Bisa Hanya Disandarkan Pada Kartu Prakerja

20 Desember 2020 12:15 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Daftar Pra Kerja. Foto: Dicky Adam Sidiq/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Daftar Pra Kerja. Foto: Dicky Adam Sidiq/kumparan
ADVERTISEMENT
Kartu Prakerja menjadi sandaran saat pandemi COVID-19. Mereka yang kehilangan pekerjaan, sedang mencari pekerjaan, atau upah kerjanya dikurangi, menilai program semi-bansos ini sangat membantu.
ADVERTISEMENT
Namun, kritik tetap saja terus datang. Bahkan ada yang menilai Kartu Prakerja tak perlu dilanjutkan karena tidak bisa mengurangi pengangguran. Ada juga yang berpendapat jika program Kartu Prakerja tidak mampu membantu pemulihan ekonomi.
Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Piter Abdullah, berpandangan lain. Menurut dia, penerima manfaat Kartu Prakerja sangat terbantu dengan adanya program ini. Dia mengatakan tak bisa segala persoalan pengangguran dan masalah ekonomi nasional disandarkan penyelesaiannya hanya pada satu program, yakni Kartu Prakerja saja.
“Hasil survei BPS sekitar 80 persen peserta bisa meningkatkan keterampilannya, saya kira berarti efektif,” katanya dalam wawancara dengan kumparan.
Dalam wawancara tersebut, Piter juga mengapresiasi Kartu Prakerja yang memberikan bantuan end to end secara digital sehingga mampu menutup celah dan mencegah terjadinya penyimpangan. Berikut petikan wawancaranya:
Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Piter Abdullah. Foto: Facebook/ @Piter Abdullah
Kartu Prakerja sudah dilaksanakan selama 11 gelombang. Apa pandangan Anda mengenai program Kartu Prakerja?
ADVERTISEMENT
Kalau efektif membantu, mereka yang dibantu ya terbantu. Bagi mereka yang menerima tentu saja efektif, karena yang menerima itu membutuhkan bantuan.
Sudah sempat mencermati hasil Sakernas BPS soal Kartu Prakerja ini? Dari hasil survei itu, bagaimana tanggapan Anda melihat efektivitas program Kartu Prakerja?
Sekitar 80 persen peserta bisa meningkatkan keterampilannya, saya kira berarti efektif. Sekitar 80 persen mereka yang ikut Kartu Prakerja sebelumnya belum pernah ikut pelatihan. Nah ini akan menjadi sangat menarik, karena di samping Kartu Prakerja ini Pemerintah punya banyak sekali program-program pelatihan, baik itu yang diselenggarakan oleh BLK atau diselenggarakan Kementerian Pendidikan yang disebut program pendidikan nonformal. Nah itu anggarannya besar sekali dan merupakan program khusus yang diberikan ke masyarakat yang sifatnya untuk meningkatkan skill juga.
ADVERTISEMENT
Kalau survei evaluasi yang dilakukan PMO Kartu Prakerja menyatakan 84 persen dari peserta Kartu Prakerja itu belum pernah mengikuti pelatihan, artinya program pelatihan di luar Kartu Prakerja itu tidak efektif. Justru menurut saya, program-program pelatihan di luar Kartu Prakerja itulah yang seharusnya dievaluasi. Seharusnya Kartu Prakerja ini yang diperkuat karena terbukti Kartu Prakerja ini jangkauannya lebih luas dan lebih efektif. Kartu Prakerja kan pesertanya bisa dari penduduk Jawa dan luar Jawa juga. Jadi jangan terlalu banyak program. Daripada program-program itu terlalu banyak menghabiskan duit saja, kenapa tidak fokuskan di Kartu Prakerja ini.
Apakah Kartu Prakerja yang juga menjadi program semi-bansos, ini efektif untuk membantu daya beli masyarakat di masa pandemi?
ADVERTISEMENT
Sangat efektif bagi mereka yang menerima. Jadi mereka yang kehilangan pekerjaan di tengah pandemi ini, kelompok bawah itu, kan mengalami tekanan yang luar biasa. Jadi sangat terbantu dengan adanya Kartu Prakerja ini. Kartu Prakerja selain memberikan pelatihan juga memberikan bansos, kan ini semi bansos.
Selain mendapatkan insentif, penerima manfaat program Kartu Prakerja juga memperoleh pelatihan untuk meningkatkan skill. Bagaimana pandangan Anda?
Dari survei BPS itu kan mereka merasa mendapatkan peningkatan keterampilan, ya kita harus percayalah dengan survei mereka. Jadi mereka dapat kesempatan untuk belajar, pelatihan, dan mereka dapat bantuan tunai tadi.
Kartu Prakerja itu bukan hanya untuk mengatasi pengangguran lho sebenarnya, tapi untuk meningkatkan skill, keterampilan. Karena ada yang namanya skill, upskill dan reskill. Jadi dia memberikan keterampilan, meningkatkan keterampilan, atau dia melatih kembali keterampilan.
ADVERTISEMENT
Orang bilang Kartu Prakerja sebaiknya tidak dilanjutkan karena tidak bisa mengurangi pengangguran. Anda setuju dengan statement ini?
Sangat perlu untuk dilanjutkan. Yang jelas Kartu Prakerja hanya satu bagian dari banyak program ya. Jadi enggak bisa kalau hanya ditanya ini efektif enggak untuk mengatasi pengangguran atau gap pengangguran di Indonesia.
Pengunjung mencari informasi lowongan pekerjaan di bursa kerja Mega Career Expo 2019 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta (2/7). Foto: Nugroho Sejati/kumparan
Penerima Kartu Prakerja yang menganggur diharapkan bisa dapat pekerjaan. Tapi karena pandemi, lowongan kerja turun, orang banyak di rumah. Kartu Prakerja kemudian diarahkan untuk mendorong kewirausahaan. Apakah strategi ini tepat?
Sangat tepat karena kan memang tidak mungkin kita semuanya bekerja. Kalau nunggu semua jadi pekerja ya kita jadi sangat sulit. Kewirausahaan kita dibandingkan dengan negara lainnya termasuk yang paling rendah. Kartu Prakerja ini sebenarnya sangat lengkap, jadi bukannya satu ini harus dikoreksi karena banyak yang salah mengartikan Prakerja.
ADVERTISEMENT
Kartu Prakerja ini selain buat yang sudah kerja, juga untuk mereka yang belum bekerja. Tidak harus jadi pekerja, tetapi diarahkan ke kewirausahaan, karena dengan keterampilannya dia jadi bisa buka usaha dan kemudian menciptakan lapangan kerja. Itu yang harus dipahami konsepsi dari Kartu Prakerja.
Dengan pelatihan secara online yang dilakukan Kartu Prakerja, apakah Anda setuju bahwa program ini bisa mengurangi gap akses atau kesempatan antara penduduk Jawa dan luar Jawa?
Kartu Prakerja ini kan jangkauannya luas. Pesertanya bisa dari penduduk Jawa dan luar Jawa juga.
Kartu Prakerja memberikan bantuan end to end secara digital, tanpa perantara, termasuk untuk penyaluran dana insentif yang Rp 600.000x4 bulan langsung masuk ke rekening peserta. Apa keunggulan dari sistem digital yang bersifat langsung dan cashless ini?
ADVERTISEMENT
Nah ini yang harus kita apresiasi karena Kartu Prakerja itu melakukan terobosan, bahkan dengan teknologi digital yang kemudian memungkinkan untuk pelaksanaan Kartu Prakerja ini jangkauannya bisa luas, cepat, dan tepat. Menurut saya yang harus kita apresiasi dari Kartu Prakerja karena dia cashless jadi tidak ada peluang penyalahgunaan bantuan.
Karena semuanya dilakukan digital, jadi orangnya tepat sasaran, enggak mungkin double-double, semua sesuai ketentuan persyaratan, karena semuanya jadi transparan, dan kemudian bisa ditelusuri kan bisa dibuktikan. Yang paling pokok adalah apabila tidak memenuhi ketentuannya, langsung sistem secara otomatis menolak.
Ada pendapat yang mengatakan Prakerja tidak membantu pemulihan ekonomi. Apakah Anda setuju dengan pernyataan ini? Atau insentifnya dinilai terlalu kecil sehingga efeknya terlalu kecil?
ADVERTISEMENT
Untuk pertanyaan insentif, ya namanya juga semi bantuan sosial. Kalau jumlahnya besar bukan bantuan lagi namanya. Bantuan ya sifatnya bantuan. Tidak menutup seluruh kebutuhan masyarakat, jadi itulah yang namanya bantuan.
Tak ada menu Register di laman Kartu Pra Kerja Foto: Nicha Muslimawati/kumparan
Program Kartu Prakerja akan dilanjutkan pada tahun 2021. Menurut Anda, apa saja yang perlu diperbaiki?
Kartu Prakerja ini sudah sangat baik ya, tentunya harus ada evaluasi yang mana yang perlu ditingkatkan lagi. Karena kita tahu ini yang antreannya panjang sekali. Berarti kan harus ada evaluasi supaya antrean ini tidak terlalu panjang, nah itu kan peluang untuk itu ada. Nanti seandainya program pelatihan yang diselenggarakan pemerintah itu difokuskan saja di Kartu Prakerja.
Banyak permintaan agar di tahun 2021 ada pelatihan offline. Tapi konsekuensinya biaya lebih mahal, sehingga jumlah peserta lebih sedikit. Mana menurut Anda yang lebih baik, tetap online untuk memberi kesempatan kepada lebih banyak orang atau offline agar lebih terlihat efektivitas pelatihannya? Karena anggaran tahun depan cuma Rp 10 triliun dan masih banyak yang belum dapat.
ADVERTISEMENT
Konsep awalnya Kartu Prakerja itu kan offline. Tetapi karena adanya pandemi ini jadi online. Saya kira nantinya ini jadi satu masukan bahwa online ini bisa juga dilakukan, tetapi untuk beberapa pelatihan yang tidak bisa online, ya offline. Tapi pelatihan-pelatihan yang sifatnya soft skill bisa secara online. Tapi kalau yang sifatnya hard skill ya mau tidak mau harus offline. Jadi ini akan disesuaikan. Tapi kan konsep awalnya ini Kartu Prakerja kan offline.
Untuk tahun 2021, vaksin sudah ditemukan dan akan ada vaksinasi. Apakah program Kartu Prakerja ini sebaiknya masih semi bansos, atau perlu kembali kepada desain awal yang murni memberi pelatihan?
Kita lihat kondisinya, semi bansos itu kan karena masih ada pandemi. Semi bansosnya ya dilaksanakan karena masih tujuannya untuk membantu di tengah pandemi. Kalau pandeminya sudah selesai, kembali lagi ke konsep awal untuk menambah skill.
ADVERTISEMENT