Corona Berdampak Pada Proyek PLTU, Pemerintah Diminta Genjot Energi Terbarukan

30 Maret 2020 20:11 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
PLTU Indramayu. Foto: Dok. PLN
zoom-in-whitePerbesar
PLTU Indramayu. Foto: Dok. PLN
ADVERTISEMENT
Merebaknya wabah virus corona berdampak terganggunya pembangunan proyek Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) dari batu bara. Utamanya terkait arus barang dan tenaga kerja profesional dari asing yang terhambat.
ADVERTISEMENT
Peneliti Iklim dan Energi Greenpeace Indonesia, Adila Isfandiari, mengatakan momentum ini bisa menjadi waktu yang tepat agar pemerintah mengalihkan energi listrik PLTU ke energi terbarukan.
Data terbaru per awal Maret 2020, Adila menyebut kerugian akibat penundaan proyek PLTU itu bisa mencapai sekitar Rp 209,6 triliun.
"Ada 12 PLTU yang menyampaikan force majure terdampak Covid-19," ujar Aldila dalam video conference, Senin (30/3).
Terlebih, kata dia, pembangunan proyek PLTU yang dicanangkan pemerintah dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) selama 10 tahun ke depan pun, bertentangan dengan kesepakatan pengurangan emisi global.
Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) menyebut, perlu adanya pengurangan PLTU batu bara sebanyak 80 persen pada 2030 agar temperatur di atas 1,5 derajat celcius tidak masif terjadi.
ADVERTISEMENT
Direktur Riset Indef, Berly Martawardaya, menekankan pemerintah bisa menggencarkan pembangunan listrik EBT yang harganya semakin terjangkau dan bisa menjadi investasi jangka panjang bagi Indonesia.
"40 tahun mendatang harga listrik akan semakin mahal, apakah akan bayar yang lebih mahal sedangkan kita punya potensi energi listrik yang lebih murah," kata Berly di kesempatan sama.
Pabrik PLTU Batubara di Buleleng. Foto: Rafael Ryandika/kumparan
Menurut dia, Indonesia bisa belajar dari Vietnam yang berani mengambil lompatan jauh dalam kebijakan kelistrikan menggunakan energi terbarukan.
Tak tanggung-tanggung, Vietnam melipatgandakan penggunaan EBT dari hanya 135 megawatt (MW) pada 2018, hingga kini mencapai angka 5,5 gigawatt (GW). Jumlah itu, setara 44 persen kapasitas EBT di Asia Tenggara.
Seiring pengembangan teknologi, EBT pun ke depan bakal bisa semakin menarik. Asal, direncanakan dengan baik. Hal ini, berlaku juga bagi Indonesia.
ADVERTISEMENT
"Konsumsi listrik (di Indonesia) yang terus meningkat ini perlu direncanakan dengan baik bukan hanya sekadar menambah kapasitas pembangkit dengan mengandalkan batu bara tetapi ke energi baru terbarukan agar bisa bersaing di ASEAN," ujarnya.