news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Dalam Sebulan, Utang Luar Negeri RI Naik Rp 59 Triliun per Mei 2020

17 Juli 2020 10:59 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Konferensi pers Bank Indonesia terkait Utang Luar Negeri. Foto: Nicha Muslimawati/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Konferensi pers Bank Indonesia terkait Utang Luar Negeri. Foto: Nicha Muslimawati/kumparan
ADVERTISEMENT
Bank Indonesia (BI) melaporkan Utang Luar Negeri Indonesia (ULN) mencapai USD 404,7 miliar atau sekitar Rp 5.956,2 triliun (kurs Rp 14.725) hingga Mei 2020.
ADVERTISEMENT
Utang tersebut meningkat 4,79 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu USD 386,18 miliar. Sementara jika dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar USD 400,64 miliar, ULN naik tipis 1,0 persen atau USD 4,06 miliar, sekitar Rp 59,7 triliun.
"Kenaikan dipengaruhi oleh transaksi penarikan neto ULN, baik ULN pemerintah maupun swasta. Selain itu, penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS juga berkontribusi pada peningkatan ULN berdenominasi rupiah," ujar Direktur Eksekutif Kepala Departemen Komunikasi BI Onny Widjanarko dalam keterangannya, Jumat (17/7).
Karyawan menghitung uang dolar AS. Foto: ANTARA FOTO/Aprillio Akbar
Secara rinci, ULN publik (pemerintah dan bank sentral) sebesar USD 194,86 miliar, naik 2,9 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu (yoy). Adapun ULN pemerintah mencapai USD 192,13 miliar atau naik 3,1 persen (yoy). Sedangkan ULN bank sentral hanya USD 2,72 miliar atau turun 7,7 persen (yoy).
ADVERTISEMENT
Utang luar negeri pemerintah tersebut utamanya dipengaruhi oleh arus modal di Surat Berharga Negara (SBN), seiring dengan meredanya ketidakpastian pasar keuangan global dan tingginya daya tarik aset keuangan domestik. Selain itu juga terjaganya kepercayaan investor asing terhadap prospek ekonomi Indonesia.
Sentimen positif tersebut dinilai berdampak pada turunnya tingkat imbal hasil SBN, sehingga biaya utang pemerintah dapat ditekan.
"Pengelolaan ULN pemerintah dilakukan secara hati-hati dan akuntabel untuk mendukung belanja prioritas yang saat ini dititikberatkan pada upaya penanganan wabah COVID-19 dan pemulihan ekonomi nasional," jelasnya.
Adapun sektor prioritas tersebut mencakup sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial sebesar 23,4 persen dari total ULN pemerintah, sektor konstruksi sebesar 16,4 persen, sektor jasa pendidikan 16,3 persen, sektor jasa keuangan dan asuransi 12,6 persen, serta sektor administrasi pemerintah, pertahanan, dan jaminan sosial wajib 11,6 persen.
ADVERTISEMENT
Sementara ULN swasta, termasuk BUMN, mencapai USD 209,88 miliar. Angka ini meningkat 6,5 persen (yoy).
ULN swasta tersebut terdiri dari lembaga keuangan sebesar USD 46,79 miliar, seperti bank USD 34,96 miliar dan lembaga keuangan nonbank sebesar USD 11,85 miliar. Serta terdapat ULN swasta bukan lembaga keuangan sebesar USD 163,08 miliar.
Meski demikian, ULN Indonesia per Mei 2020 dinilai masih tetap sehat. Hal ini terlihat dari rasio ULN yang sebesar 36,6 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Rasio ini meningkat dibandingkan bulan sebelumnya yang hanya 36,2 persen dari PDB.
Meski meningkat, struktur ULN Indonesia tetap didominasi oleh ULN berjangka panjang dengan pangsa 89 persen dari total ULN.
"Dalam rangka menjaga agar struktur ULN tetap sehat, Bank Indonesia dan pemerintah terus meningkatkan koordinasi dalam memantau perkembangan ULN, didukung dengan penerapan prinsip kehati-hatian dalam pengelolaannya. Peran ULN juga terus dioptimalkan dalam menyokong pembiayaan pembangunan, dengan meminimalisasi risiko yang dapat mempengaruhi stabilitas perekonomian," jelasnya.
ADVERTISEMENT