Dampak Corona, ADB Proyeksi Ekonomi Indonesia Hanya 2,5 Persen di 2020

3 April 2020 11:55 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Asian Development Bank. Foto: AFP/ROMEO GACAD
zoom-in-whitePerbesar
Asian Development Bank. Foto: AFP/ROMEO GACAD
ADVERTISEMENT
Bank Pembangunan Asian (ADB) memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya mencapai 2,5 persen di tahun ini, jauh lebih rendah dari realisasi tahun lalu yang sebesar 5,0 persen.
ADVERTISEMENT
Pandemi virus corona dinilai membuat tekanan perekonomian domestik. Permintaan dalam dan luar negeri pun semakin melemah.
"Meski Indonesia memiliki landasan makroekonomi yang kuat, wabah COVID-19 yang tengah berlangsung telah mengubah arah perekonomian negara ini, dengan memburuknya kondisi lingkungan eksternal dan melemahnya permintaan dalam negeri," Direktur ADB untuk Indonesia, Winfried Wicklein, dalam laporan ABD seperti dikutip kumparan, Jumat (3/4).
Wicklein menambahkan, tindakan tegas perlu diterapkan secara efektif untuk menanggulangi dampak kesehatan dan ekonomi, khususnya untuk melindungi kelompok miskin dan rentan. Jika hal ini dilakukan, perekonomian Indonesia diperkirakan dapat kembali membaik di kisaran 5,0 persen pada 2021.
Dalam laporan tersebut, pandemi virus corona bersamaan dengan penurunan harga komoditas dan gejolak pasar keuangan, yang akan berimplikasi buruk bagi perekonomian dunia tahun ini, termasuk Indonesia. Terlebih dengan memburuknya perekonomian sejumlah mitra dagang utama.
ADVERTISEMENT
Permintaan dalam negeri diperkirakan akan melemah seiring dengan menurunnya sentimen bisnis dan konsumen. Namun, sejalan pulihnya perekonomian dunia tahun depan, pertumbuhan Indonesia diperkirakan akan memperoleh momentum, dibantu dengan adanya reformasi di bidang investasi.
Laju inflasi diperkirakan akan naik tipis ke 3 persen pada 2020, sebelum turun lagi ke 2,8 persen pada 2021. Tekanan inflasi akibat ketatnya pasokan pangan dan depresiasi mata uang diperkirakan dapat diimbangi sebagian penurunan harga bahan bakar non-subsidi, serta subsidi tambahan untuk listrik dan pangan.
Aktivitas di Terminal 3 Tanjung Priok, Jakarta, Senin (17/2). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Sementara itu, pendapatan ekspor dari sektor pariwisata dan komoditas diperkirakan akan menurun, sehingga menyebabkan defisit transaksi berjalan melebar menjadi 2,9 persen dari Produk Domestik Bruto selama tahun ini.
Seiring pulihnya kinerja ekspor dan investasi pada 2021, volume barang modal impor yang lebih besar akan menyebabkan defisit transaksi berjalan tetap sama seperti 2020.
ADVERTISEMENT
ADB juga mencatat pemerintah dan otoritas keuangan telah meluncurkan berbagai langkah fiskal dan moneter yang terkoordinasi dan terarah untuk memitigasi dampak pandemi COVID-19 terhadap perekonomian dan mata pencaharian masyarakat.
Berbagai langkah stimulus untuk menekan ketidakpastian itu antara lain penyaluran bantuan langsung tunai bagi kelompok miskin dan rentan, pemotongan pajak penghasilan, dan kelonggaran pembayaran pinjaman bagi pekerja dan dunia usaha.
Meski demikian, wabah COVID-19 yang berkepanjangan masih menjadi risiko eksternal terhadap proyeksi perekonomian Indonesia untuk 2020 dan 2021. Selain itu ada juga risiko dari penurunan harga komoditas lebih lanjut, serta meningkatnya gejolak pasar keuangan.
"Dari sisi dalam negeri, proyeksi ini juga bergantung pada seberapa cepat dan efektif penyebaran wabah dapat teratasi, karena keterbatasan sistem kesehatan dan kesulitan dalam menerapkan pembatasan sosial bisa memperburuk dampak pandemi terhadap ekonomi," ujarnya.
ADVERTISEMENT