Dampak Indonesia Resesi: Lonjakan Pengangguran dan Ancaman Kemiskinan

6 November 2020 7:34 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Penyaluran bansos tunai di Kantor Kelurahan Bojong, Kecamatan Panjatan, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Rabu, (19/8). Foto: Kemensos RI
zoom-in-whitePerbesar
Penyaluran bansos tunai di Kantor Kelurahan Bojong, Kecamatan Panjatan, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Rabu, (19/8). Foto: Kemensos RI
ADVERTISEMENT
Indonesia resmi masuk resesi usai Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan pertumbuhan ekonomi kuartal III 2020 minus 3,49 persen pada Kamis (5/11). Sebab pada kuartal II 2020, pertumbuhan ekonomi Indonesia juga minus 5,32 persen.
ADVERTISEMENT
Ini merupakan resesi pertama Indonesia dalam 22 tahun. Terakhir kali, Indonesia masuk jurang resesi pada 1998 saat ekonomi nasional dan Asia bergejolak.
"Ekonomi indonesia triwulan III masih mengalami kontraksi 3,49 persen," ujar Kepala BPS Suhariyanto dalam konferensi pers virtual kemarin.
Namun demikian, perekonomian di kuartal III ini mengalami perbaikan atau tumbuh positif 5,05 persen secara kuartalan (quarter on quarter/qtq). Sebelumnya di kuartal I dan II mengalami kontraksi masing-masing 2,41 persen dan 4,19 persen (qtq).
Kondisi tersebut, menurutnya, karena ada perbaikan ekonomi di kuartal III tahun ini. Dia berharap situasi tersebut dapat berlangsung hingga akhir tahun ini.
Sejumlah pengunjung antre masuk ke bursa kerja Mega Career Expo 2019 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta (2/7). Foto: Nugroho Sejati/kumparan

Lonjakan Pengangguran hingga 9,7 Juta Orang

Meski perekonomian kuartal III ini masih lebih baik secara kuartalan dibandingkan kuartal I dan II 2020, tapi lonjakan pengangguran di depan mata. Suharyanto menyebut, jumlah pengangguran mencapai 9,77 juta orang, naik 2,67 juta dibandingkan Agustus 2019.
ADVERTISEMENT
Dia menjelaskan, pandemi COVID-19 membuat tingkat pengangguran terbuka di Indonesia mengalami kenaikan, dari 5,23 persen di Agustus 2019 menjadi 7,07 persen di Agustus 2020.
"Sehingga dengan pandemi bisa dilihat tingkat pengangguran terbuka di Indonesia pada Agustus 2020 mengalami kenaikan 5,23 persen menjadi 7,07 persen. Atau terjadi kenaikan sebesar 2,67 juta orang," ujarnya.
Dia menjelaskan, tingkat pengangguran terbuka itu terjadi karena adanya kenaikan jumlah angkatan kerja 2,36 juta orang menjadi 138,22 juta orang per Agustus 2020. Namun demikian, dari jumlah ini hanya 128,45 juta orang yang bekerja atau turun 310 ribu orang.
Jika dirinci lebih lanjut dari jumlah orang yang bekerja tersebut, sebanyak 82,02 juta orang merupakan pekerja penuh. Angka ini turun 9,46 juta orang.
ADVERTISEMENT
Selanjutnya pekerja paruh waktu berjumlah 33,34 juta orang atau naik 4,32 juta orang. Sedangkan setengah penganggur berjumlah 13,09 juta orang atau naik 4,83 juta orang.
"Pada periode Agustus 2019 ke 2020, terjadi peningkatan tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) perempuan sebesar 1,43 persen, sedangkan TPAK laki-laki mengalami penurunan 0,84 persen," jelasnya.
PUPR targetkan 2019 Jakarta bebas ramah kumuh Foto: Antara/Rivan Awal Lingga

Ancaman Kemiskinan di Depan Mata

Ancaman kemiskinan pun menghantui Indonesia saat ini karena potensi PHK semakin besar.
Pemerintah memprediksi angka kemiskinan bertambah 1,89 juta orang pada skenario berat dan bertambah 4,86 juta orang pada skenario sangat berat di tahun ini.
Bahkan Bank Dunia memprediksi angka kemiskinan di Indonesia bisa meningkat 5,5 juta orang di tahun ini. Dan dalam skenario terberat, dengan catatan Indonesia terkena gelombang kedua COVID-19, kemiskinan bisa meningkat hingga 8 juta orang.
ADVERTISEMENT
Ekonom Piter Abdullah menjelaskan, dampak resesi ekonomi akan berbeda tiap negara. Singapura misalnya, meskipun negara tersebut mengalami resesi, namun rakyatnya masih akan sejahtera. Pemerintah Singapura jor-joran memberikan stimulus kepada rakyatnya. Mereka menganggarkan stimulus hampir SGD 100 miliar atau setara 20 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) Singapura.
“Kalau menderita mungkin enggak, karena tingkat kesejahteraan mereka sudah tinggi. Mereka pasti mengalami penurunan income, tapi tidak membuat mereka jatuh ke jurang kemiskinan," jelasnya.