Dampak Virus Corona, BI Koreksi Pertumbuhan Ekonomi Jadi 5-5,4 Persen di 2020

20 Februari 2020 15:10 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Gubenur Bank Indonesia Perry Warjiyo memberikan keterangan kepada pers mengenai hasil Rapat Dewan Gubernur BI bulan Februari 2019, Kamis (20/2). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Gubenur Bank Indonesia Perry Warjiyo memberikan keterangan kepada pers mengenai hasil Rapat Dewan Gubernur BI bulan Februari 2019, Kamis (20/2). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
ADVERTISEMENT
Merebaknya virus corona yang berasal dari China, telah berdampak pada sendi-sendi ekonomi di berbagai negara. Indonesia, negara mitra utama China juga merasakan dampaknya.
ADVERTISEMENT
Sektor pariwisata diperkirakan anjlok setelah mewabahnya virus tersebut. Seperti diketahui, wisatawan asing asal China merupakan yang terbanyak melancong ke Indonesia. Tak hanya itu, ekspor juga lesu.
Dengan kondisi tersebut, Bank Indoensia mengoreksi target pertumbuhan ekonomi Indonesia di 2020 dari sebelumnya 5,1-5,5 persen menjadi 5-5,4 persen.
"Revisi prakiraan ini terutama karena pengaruh jangka pendek tertahannya prospek pemulihan ekonomi dunia pasca meluasnya Covid-19 (Corona Virus Disease 2019) , yang memengaruhi perekonomian Indonesia melalui jalur pariwisata, perdagangan, dan investasi," kata Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo, Kamis (20/2).
Perry mengatakan Bank Indonesia akan terus memperkuat koordinasi dengan pemerintah dan otoritas terkait guna memperkuat sumber, struktur, dan kecepatan pertumbuhan ekonomi.
"Termasuk mendorong investasi melalui proyek infrastruktur dan implementasi RUU Cipta Kerja dan Perpajakan," katanya.
Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Menurut Perry, pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap memiliki daya tahan di tengah risiko prospek pemulihan perekonomian dunia. Tahun lalu, ekonomi Indonesia tumbuh 5,02 persen.
ADVERTISEMENT
Angka tersebut memang lebih rendah dibandingkan dengan capaian tahun 2018 sebesar 5,17 persen.
Pertumbuhan ekonomi tersebut ditopang permintaan domestik yang terjaga, sedangkan kinerja ekspor menurun sejalan pengaruh perlambatan permintaan global dan penurunan harga komoditas.
Secara spasial, permintaan domestik yang tetap baik ditopang meningkatnya perdagangan antardaerah seperti di wilayah Sumatera.
"Selain itu, pertumbuhan ekonomi Kalimantan dan Bali-Nusa Tenggara tetap terjaga didukung oleh perbaikan ekspor komoditas primer," ujarnya.