Data Kementan Terbaru: 80% Produk Susu Segar Masih Impor

5 Juli 2018 11:32 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi susu pasteurisasi (Foto: Dok. Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi susu pasteurisasi (Foto: Dok. Thinkstock)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kementerian Pertanian (Kementan) memaparkan kondisi peternakan di Indonesia saat ini. Dalam paparannya, Kepala Subdirektorat (Kasubdit) Pengamatan Penyakit Hewan Kementan Makmun menjelaskan, saat ini beberapa produk peternakan masih impor.
ADVERTISEMENT
Data Kementan terbaru menunjukkan, produksi susu segar dalam negeri masih rendah. Impor susu cukup tinggi hingga 80%. Meski demikian, menurutnya, ada beberapa peluang untuk menghasilkan susu segar seperti pengembangan produksi sapi perah di luar Jawa.
"Produksi susu lokal kita masih belum bisa memenuhi kebutuhan masyarakat, oleh karenanya kita masih bergantung pada impor. Namun saat ini ada beberapa peluang yaitu dengan mengembangkan produksi susu di Sumatera dan Sulawesi," ucapnya saat sambutan Seminar Nasional Pembiakan Sapi di Indonesia 2018, di Jakarta Convention Centre (JCC), Senayan, Jakarta, Kamis (5/7).
Seminar Nasional Pembiakan Sapi di Indonesia 2018. (Foto: Abdul Latif/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Seminar Nasional Pembiakan Sapi di Indonesia 2018. (Foto: Abdul Latif/kumparan)
Mengacu data Badan Pusat Statistik (BPS), pada tahun 2016-2017, populasi sapi perah di Indonesia mengalami peningkatan sebesar 0,5% pada tahun 2017 menjadi 16,5 juta ekor, dibanding periode tahun sebelumnya 16 juta ekor.
ADVERTISEMENT
Selanjutnya, Makmun menjelaskan, langkah pemerintah dalam mengejar isu-isu dalam sektor pertanian dan peternakan, di antaranya dengan membuat kelompok besar petani yang berfikir dan melakukan pengelolaan pertanian maupun peternakan secara modern.
"Wujud perubahannya yaitu memiliki industri pengelolaan dan pasca panen sendiri memasarkan sendiri ke industri ritel. Untuk memberikan keuntungan yang besar bagi petani, maka perlu mengubah paradigma, petani harus masuk dalam proses bisnis," jelasnya.