Data Manufaktur AS Jeblok, Wall Street Merosot

3 Desember 2019 7:30 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pekerja melihat pergerakan saham dari layar monitor di Wall Street di New York City. Foto: Eisele / AFP
zoom-in-whitePerbesar
Pekerja melihat pergerakan saham dari layar monitor di Wall Street di New York City. Foto: Eisele / AFP
ADVERTISEMENT
Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau Wall Street mundur merosot dari level tertingginya pada penutupan perdagangan awal pekan ini. Data manufaktur yang menurun dan di bawah proyeksi membuat kekhawatiran baru pada investor.
ADVERTISEMENT
Dilansir Reuters, Selasa (3/12), Dow Jones Industrial Average turun 267,35 poin atau 0,95 persen menjadi 27.784,06, indeks S&P 500 kehilangan 27 poin atau 0,86 persen menjadi 3.113,98, dan Nasdaq Composite turun 97,48 poin atau 1,12 persen menjadi 8.567,99.
Dari 11 sektor utama dalam S&P 500, hanya sektor konsumen dan energi yang mengakhiri sesi di wilayah positif. Sektor properti, teknologi, dan industri-industri yang sensitif terhadap perdagangan mencatatkan persentase penurunan terbesar.
Institute for Supply Management (ISM) melaporkan, aktivitas manufaktur AS terkontraksi menjadi 48,1 di November 2019, lebih rendah dari bulan sebelumnya yang sebesar 48,3. Indeks manufaktur tercatat terus mengalami penurunan selama empat bulan berturut-turut.
Hal tersebut memicu kekhawatiran investor bahwa periode ekspansi ekonomi terpanjang dalam sejarah AS ini bisa kehilangan tenaga.
ADVERTISEMENT
"Data manufaktur yang lebih lemah dari perkiraan tidak membantu. Tren itu kemungkinan akan berlanjut dalam jangka pendek,” kata Oliver Pursche, kepala strategi pasar di Bruderman Asset Management di New York.
Ilustrasi Wall Street. Foto: Getty Images
Sebelumnya, Presiden AS Donald Trump menulis tweet bahwa ia akan mengembalikan tarif baja yang diimpor dari Brasil dan Argentina. Hal ini pun langsung meningkatkan saham pembuat baja AS, US Steel Corp (XN) dan AK Steel Holding Corp (AKS.N), yang masing-masing naik sebesar 4,2 persen dan 4,7 persen.
Namun demikian, hal itu menjadi pertanda bahwa AS dan mitra dagang globalnya akan terus mendominasi pasar dan menghambat pertumbuhan ekonomi global.
Berita itu muncul saat Wall Street tengah mencapai level tertinggi, didorong harapan perjanjian perdagangan fase satu yang akan segera terjadi.
ADVERTISEMENT
Seorang penasihat senior Trump mengatakan bahwa masih ada kemungkinan kesepakatan dengan China dapat dicapai pada akhir tahun ini.
"Ini bukan hanya tentang Trump mengumumkan tarif baja, tetapi khawatir bahwa dia akan mengizinkan kenaikan tarif terhadap China pada 15 Desember," tambah Pursche.
Volume perdagangan di Wall Street mencapai 6,84 miliar saham, sama dengan rata-rata 6,84 miliar selama 20 hari perdagangan terakhir.