Dear Milenial, Ini Rahasia Keluar dari Jebakan Sandwich Generation

29 Maret 2021 13:12 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi milenial menabung saham. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi milenial menabung saham. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Milenial dan Sandwich Generation dua istilah yang populer belakangan ini. Keren istilahnya, namun pahit maknanya dalam kehidupan nyata.
ADVERTISEMENT
Istilah tersebut pertama kali diperkenalkan Dorothy Miller, profesor Universitas Kentucky, Amerika Serikat (AS), yang juga praktisi pekerja sosial. Istilah tersebut merujuk pada kalangan milenial pekerja yang kondisi ekonominya terhimpit lantaran harus menanggung biaya hidupnya sendiri, anak, dan sekaligus orang tuanya yang sudah lanjut.
Ligwina Hananto dari QM Financial mengungkapkan, kondisi tersebut cukup lazim ditemui di mana saja. Bahkan di negara yang ekonominya sudah jauh lebih maju dari Indonesia, seperti Singapura.
"Tak hanya harus menanggung hidup anak dan orang tua lo. Sepasang suami istri bisa saja menanggung hidup anak, orang tua, serta orang tua dari orang tua mereka, sehingga membuatnya tak lagi tepat untuk disebut sandwich, melainkan double cheese burger. Fenomena ini dikenal dengan istilah Agenarian," kata Ligwina dalam Financial Dialogue, Sabtu (27/3).
Ligwina Hananto, stand up comedy di acara Resonation Women Empowerment Conference di Kokas, Jakarta. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Menurutnya, jika ditelusuri, sandwich generation muncul karena adanya ketidaksiapan kebanyakan masyarakat dalam menghadapi pensiun. Padahal, idealnya kelak masing-masing dari kita bisa pensiun dan tetap mandiri secara ekonomi.
ADVERTISEMENT
Rahne Putri, salah seorang yang mengalami sebagai sandwich generation, mengakui meski ia sekarang telah memberi title pada dirinya sendiri sebagai 'a proud sandwich generation', tapi hal ini telah memberinya perjalanan yang cukup panjang hingga bertumbuh seperti sekarang. Kondisi sandwich generation ini pernah membuat dirinya melalui masa-masa berat, bahkan memengaruhi kondisi kesehatan mental, pun hubungannya dengan orang tua, bahkan juga dengan pasangannya.
Hingga kemudian, ia sampai pada suatu titik balik, dan menyimpulkan bahwa untuk bisa membahagiakan keluarganya, ia harus lebih dulu sehat—secara fisik, mental, dan finansial. Karena itu, ia berusaha bangkit, mulai dari pengelolaan keuangan yang lebih baik.
Ligwina pun memberi sejumlah tips, agar generasi milenial Indonesia terhindar atau bisa lepas dari jebakan generasi sandwich, yakni dengan cara:
ADVERTISEMENT
• Terima kenyataan bahwa kita telah menjadi sandwich generation, berdamai, dan kemudian menghitung pengeluaran
• Cari alternatif penghasilan tambahan
• Miliki proteksi yang cukup untuk semua orang yang hidupnya ditanggung • Siapkan dana pensiun sedari sekarang
• Cek pilihan aset aktif untuk masa pensiun