Dear Netizen Bergaji Rp 20 Juta, Ini Solusi Atur Keuangan di Tengah Pandemi

14 Mei 2020 16:17 WIB
comment
6
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi manajemen keuangan keluarga. Foto: Nugroho Sejati/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi manajemen keuangan keluarga. Foto: Nugroho Sejati/kumparan
ADVERTISEMENT
Belum lama ini seorang pria yang mengaku berpenghasilan Rp 20 juta mendadak viral di jagad maya. Penyebabnya, pria yang mengaku bekerja sebagai karyawan swasta di Jakarta itu mengaku mengalami kesulitan ekonomi, hal yang membuat warganet merasa janggal.
ADVERTISEMENT
Postingan itu diunggah oleh akun Facebook bernama Ayat Dhoif. Ia gundah karena hanya menerima setengah dari gajinya atau Rp 10 juta, sehingga mengalami kesulitan buat beli susu anak.
Usut punya usut, rupanya hal yang membuat pemuda itu pusing lantaran memiliki cicilan mobil Rp 4,5 juta serta KPR Rp 5 juta. Situasi ini menjadi pemicu bagi pria ini untuk kemudian meminta bantuan pada pemerintah.
"Ada cicilan mobil Rp 4,5 juta/ bulan, ditambah saya ada KPR sekitar Rp 5 juta/ bulan. Jadi sebulan saya hanya sisa Rp 500 ribu. Kalau cicilan saya tidak saya bayarkan rumah dan mobil disita," tulisnya.
com-Traveloka, ilustrasi gajian Foto: Shutterstock
Lantas apa yang sebaiknya ia lakukan?
Master Financial Planner Safir Senduk menilai, hal itu dapat terjadi lantaran pembayaran utang atau tagihan pria tersebut terlalu besar. Padahal, kata Safir, cicilan seseorang sebaiknya tidak lebih dari 30 persen dari total penghasilan yang ia dapat.
ADVERTISEMENT
"Jadi pertama kalau dia mampu sisihkan maksimal 30 persen untuk bayar utang, 30 persen itu maksimal, kurang boleh, lebih jangan, saya pernah ketemu orang yang cicilan utangnya 60 persen, saya pikir kamu sakit," ujar Safir dalam video conference," Kamis (14/5).
Hal selanjutnya yang penting dalam mengatur keuangan, menurutnya, menyisihkan untuk tabungan minimal 10 persen. Kemudian 10 persen lainnya untuk asuransi.
Sementara 50 persennya dimanfaatkan untuk semua kebutuhan, biaya sekolah, sembako, dan semua keperluan lainnya.
Karyawan swasta di atas mengalami kasus di mana cicilannya melebihi 30 persen dari gaji yang ia dapat, bahkan hampir 50 persen. Selain itu, logika berpikirnya, pemenuhan bahan pokok lah yang mesti jadi prioritas.
ADVERTISEMENT
Jadi, jika ia tidak punya dana darurat, mau tidak mau harus merelakan satu tagihan seperti mobil.
"Saat ini yang mendesak bahan makanan, itu basic. Biaya hidup 50 persen untuk semua, beras, sembako. Kalau enggak mengurangi cicilan, sudah saatnya dia mencari penghasilan tambahan," pungkasnya.
Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona.
*****
kumparanDerma membuka campaign crowdfunding untuk bantu pencegahan penyebaran corona virus. Yuk, bantu donasi sekarang!