Defisit APBN Mengecil ke 0,44 Persen hingga Akhir April 2020

20 Mei 2020 18:12 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara menunjukan bukti penyampaian SPT elektronik di Kantor Dirjen Pajak, Jakarta, Selasa (10/3). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara menunjukan bukti penyampaian SPT elektronik di Kantor Dirjen Pajak, Jakarta, Selasa (10/3). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
ADVERTISEMENT
Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mencatat defisit APBN hingga April 2020 sebesar Rp 74,5 triliun atau 8,7 persen dari target Rp 852,9 triliun. Defisit anggaran tersebut setara dengan 0,44 persen terhadap produk domestik bruto (PDB).
ADVERTISEMENT
Realisasi defisit APBN hingga April 2020 itu justru mengecil jika dibandingkan dengan defisit per April 2019 yang mencapai Rp 100,3 triliun atau 0,63 persen terhadap PDB.
Secara rinci, pendapatan negara sampai dengan akhir April 2020 sebesar Rp 549,5 triliun. Realisasi ini baru 31,2 persen dari target dalam Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 54 Tahun 2020 sebesar Rp 1.760,9 triliun.
Pendapatan negara ini tumbuh 3,2 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu (yoy). Pertumbuhannya bahkan lebih besar jika dilihat realisasi pendapatan negara per April 2019 yang hanya tumbuh 0,8 persen (yoy).
Wamenteri Keuangan sekaligus Wakil Komut PLN Suahasil Nazara. Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan
Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara mengatakan, penerimaan pajak sampai dengan akhir bulan lalu hanya Rp 376,7 triliun atau turun 3,1 persen dari realisasi periode yang sama tahun lalu (yoy). Penerimaan dari sektor pajak tersebut baru 30 persen dari target dalam Perpres 54/2020 sebesar Rp 1.254,1 triliun.
ADVERTISEMENT
"Kita melihat possibility penurunan dari gerak ekonomi yang berarti kemampuan kita untuk meng-collect pajak itu berkurang. Possibility di bulan ke depan ada pelemahan lagi," kata Suahasil dalam video conference, Rabu (20/5).
Penerimaan bea cukai tercatat sebesar Rp 57,7 triliun atau 27,7 persen dari target Rp 208,5 triliun dan tumbuh 16,7 persen (yoy). Sedangkan penerimaan negara bukan pajak (PNBP) adalah Rp 114,5 triliun atau 38,5 persen dari target dan tumbuh 21,7 persen (yoy).
Sementara untuk belanja negara, realisasinya mencapai Rp 624 triliun atau 23,9 persen dari target Rp 2.613,8 triliun. Belanja negara itu turun 1,4 persen (yoy), salah satunya karena realokasi dan refocusing anggaran oleh pemerintah.
Realisasi belanja negara yang tumbuh 1,4 persen (yoy) tersebut justru melambat dibandingkan pertumbuhan belanja negara per April 2019 yang mencapai 8,5 persen (yoy).
ADVERTISEMENT
"Karena memang ketika kita langsung ada realokasi anggaran, belanja barang dan belanja perjalanan dinas langsung berhenti semua. Sementara belanja pegawai masih bisa berjalan," jelasnya.
Belanja pemerintah pusat tercatat Rp 382,5 triliun atau 20,7 persen dari target Rp 1.851,1 triliun dan tumbuh 3,4 persen (yoy). Ini terdiri dari belanja kementerian/ lembaga (K/L) sebesar Rp 203,2 triliun dan belanja non-K/L sebesar Rp 179,3 triliun.
Selain itu, belanja transfer ke daerah dan dana desa hingga 30 April 2020 tercatat sebesar Rp 241,4 triliun atau 31,7 persen dari target Rp 762,7 triliun. Belanja tersebut terdiri dari transfer ke daerah sebesar Rp 220,5 triliun dan Dana Desa sebesar Rp 21 triliun.