Deretan BUMN 'Sakit' yang Bakal Disehatkan PT PPA: Merpati hingga Istaka Karya

14 Februari 2021 13:02 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Merpati Airlines Foto: Air Britain Photographic Images Collection
zoom-in-whitePerbesar
Merpati Airlines Foto: Air Britain Photographic Images Collection
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
PT Istaka Karya (Persero) bakal mengalihkan karyawannya ke PT Nindya Karya (Persero). Pemindahan ini dilakukan untuk menyelamatkan nasib para pekerja di tengah proses restrukturisasi Istaka Karya yang dilakukan PT Perusahaan Pengelola Aset (Persero) atau PPA.
ADVERTISEMENT
PT PPA menjadi inisiator dalam pemindahan karyawan Istaka Karya ke Nindya Karya. Direktur Utama PPA Yadi Jaya Ruchandi menjelaskan, proses ini dilakukan dalam penandatanganan Nota Kesepahaman kedua perusahaan akhir Januari 2021.
“Penempatan karyawan terampil yang saat ini idle pada BUMN restrukturisasi ke BUMN bertumbuh merupakan bagian dari program sinergi biaya yang kami jalankan. Ini juga merupakan strategi pool of talent dengan mengefektifkan karyawan terampil pada ekosistem BUMN," kata Yadi dalam keterangan tertulis, Rabu (10/2).
Selain Istaka Karya, Yadi menyebut ada 20 BUMN lainnya yang tengah restrukturisasi. Umumnya karena kinerjanya kurang optimal, bahkan dalam kondisi "sakit" karena operasional bisnis tidak berjalan lancar hingga dilanda kerugian bertahun-tahun.
Siapa saja BUMN "sakit" itu? Beberapa di antaranya kumparan rangkum, Minggu (14/2).
ADVERTISEMENT
1. PT Kertas Kraft Aceh (Persero)
PT Kertas Kraft Aceh atau KKA merupakan BUMN yang bergerak di bidang produksi kertas yang berhenti beroperasi pada 2008. Pertama kali ditangani oleh PT PPA pada 2009. Saat itu, kondisi perusahaan sudah tidak sehat karena teknologi mesin kertas sudah ketinggalan zaman,
Dalam laporan PT PPA pada 2018 lalu di DPR RI, aset perusahaan pada 2009 hanya Rp 411 miliar, ekuitas negatif Rp 280 miliar, dan punya utang Rp 691 miliar. Perusahaan juga tidak dapat memenuhi biaya operasional dan kewajiban yang baik pada perbankan dan karyawannya.
PT PPA pun masuk ke KKA untuk restrukturisasi sejak 2009 hingga 2017. Saat itu, dilakukan PHK di KKA untuk rightsizing dengan pendanaan dari PT PPA Rp 125 miliar.
ADVERTISEMENT
Pada 2018, pabrik KKA kembali beroperasi, bersinergi dengan BUMN lainnya dalam bentuk joint venture (JV). Hingga kini, KKA masih masuk dalam proses restrukturisasi di bawah PT PPA.
Menteri BUMN Erick Thohir lantik pejabat di Kementerian BUMN, Rabu (27/1). Foto: Kementerian BUMN
2. PT Kertas Leces (Persero)
BUMN lain di bidang produksi kertas adalah PT Kertas Leces (KL). Pada 2012, mesin-mesin pabrik Leces dikabarkan sudah usang, padahal boiler baru selesai dibangun dan siap beroperasi. Tapi perusahaan kesulitan pendanaan.
Saat itu, KL dilanda kerugian terus-menerus. Asetnya hanya Rp 1,19 triliun, sedangkan utangnya mencapai Rp 1,76 triliun. Pendapatan hanya Rp 42,5 miliar dan rugi Rp 96,6 miliar.
PT PPA mulai masuk ke KL pada 2012-2013 dengan memberikan pinjaman Rp 50 miliar. Sayangnya, pada 2014-2018, KL digugat kreditur. Pada 2017, KL tidak mampu membayar utang yang mencapai Rp 1,3 triliun.
ADVERTISEMENT
3. PT Industri Gelas (Persero)
Nasib sama juga menimpa PT Industri Gelas (IG) karena mesin-mesin pabrik sudah tua. Pada 2008, aset perusahaan hanya Rp 188 miliar. Sedangkan utangnya mencapai Rp 318 miliar.
PT PPA masuk ke IG pada 2009 hingga 2017. Pada 2015, perusahaan masih terus mengalami kerugian hingga akhirnya pabrik berhenti beroperasi dan meninggalkan utang mencapai Rp 1,09 triliun. Padahal asetnya hanya Rp 119 miliar. Pada 2018, PT PPA pun melakukan restrukturisasi utang-utang IG.
4. PT Merpati Nusantara Airlines (Persero)
PT PPA masuk ke Merpati untuk restrukturisasi mulai 2008. Kondisi perusahaan saat itu dilanda kerugian. Pada 2015, Menteri BUMN saat itu meminta PT PPA melanjutkan restrukturisasi Merpati dengan mencari investor, restrukturisasi karyawan, dan restrukturisasi utang.
ADVERTISEMENT
Merpati beroperasi total pada 2014, meski saat ini perusahaan masih ada dan memiliki direksi. Pada 2017, aset perusahaan hanya Rp 1,21 triliun, tapi utangnya mencapai Rp 10,72 triliun.
Pada 2018, Merpati mendapatkan 1 investor untuk kembali menghidupkan perusahaan. Tapi hingga kini, keinginan Merpati terbang kembali belum juga terealisasi.
5. PT Industri Sandang Nusantara (Persero)
Pada 2009, operasional ISN tidak berjalan baik karena mesin-mesin perusahaan sudah usang. Aset perusahaan hanya Rp 276 miliar, sedangkan utangnya mencapai Rp 432 miliar.
PT PPA masuk ke ISN pada 2009 untuk memberikan dukungan, mulai dari biaya operasional hingga membayar pesangon karyawan ISN. Pada 2017, aset perusahaan mulai bertambah menjadi Rp 492 miliar, sedangkan utang berkurang menjadi Rp 265 miliar. Hingga kini, proses restrukturisasi ISN masih berjalan, terutama mengoptimalisasikan aset untuk kegiatan komersial.
ADVERTISEMENT
6. PT Pelayaran Samudera Djakarta Lloyd (Persero)
BUMN di bidang pelayaran ini juga jauh dari kata sehat. Pada 2008, perusahaan mengalami laba operasi karena pendapatan yang sedikit. Aset hanya Rp 1,10 triliun, tapi utang mencapai Rp 1,20 triliun.
PT PPA masuk ke Djakarta Lloyd pada 2008 dengan restrukturisasi utang-utang perseroan melalui jalur PKPU. Pada 2011, PT PPA memberikan pinjaman ke Djakarta Lloyd senilai Rp 5,3 miliar untuk membayar utang dan kewajiban ke karyawan.