Deretan Manfaat Mobil Listrik: Kurangi Emisi, Hemat, Pangkas Impor BBM

2 April 2022 14:49 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pengisian mobil listrik delegasi KTT G20 di SPKLU ultra fast charging di Central Parking ITDC Bali, Jumat (25/3/2022). Foto: Fariza Rizky Ananda/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Pengisian mobil listrik delegasi KTT G20 di SPKLU ultra fast charging di Central Parking ITDC Bali, Jumat (25/3/2022). Foto: Fariza Rizky Ananda/kumparan
ADVERTISEMENT
Pemerintah telah berkomitmen dalam pengurangan emisi sesuai Perjanjian Paris, yaitu hingga 29 persen di 2030, dan mencapai karbon netral di 2060. Salah satu upaya yang tengah digencarkan yaitu penguatan ekosistem mobil listrik di dalam negeri.
ADVERTISEMENT
Direktur Executive Energy Watch, Mamit Setiawan, menuturkan upaya untuk meningkatkan populasi mobil listrik di Indonesia akan tercipta beberapa hal yang menguntungkan bagi Indonesia.
"Melalui peningkatan populasi mobil listrik, kita bisa mengurangi emisi gas rumah kaca secara signifikan. Jika tidak ada upaya untuk mengurangi populasi mobil konvensional, maka sektor transportasi akan menyumbang sebesar 0,28 miliar tCO2e/tahun dan 0,86 miliar tCO2e/tahun pada 2060," papar Mamit melalui keterangan tertulis, Sabtu (2/4).
Mamit menjelaskan bahwa dengan 1 liter BBM dengan jarak tempuh 10 km maka akan dihasilkan 2,6 kilogram (kg) CO2, sedangkan untuk 1 kilowatt per hour (kWh) mobil listrik dengan jarak tempuh 10 km menghasilkan 1,27 kg CO2.
"Selain dari emisi CO2 yang dihasilkan lebih sedikit, biaya yang dikeluarkan untuk 1 kWh hanya sebesar Rp 1.500 setara dengan 1 liter BBM seharga Rp 12.500. Jadi, harganya lebih murah dan masyarakat bisa lebih berhemat," tuturnya.
ADVERTISEMENT
Presiden Joko Widodo (kanan) didampingi Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo saat peresmian Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) Ultra Fast Charging. Foto: ANTARA FOTO/Fikri Yusuf
Selain itu, Mamit juga menjelaskan manfaat lain dari peningkatan populasi mobil listrik yaitu bisa mengurangi impor BBM yang saat ini jumlahnya sangat signifikan. Dia menjelaskan, ada kesenjangan antara impor dan produksi minyak di dalam negeri.
"Saat ini produksi minyak dalam negeri hanya di angka kurang lebih 700 ribu BOPD (barel minyak per hari), sedangkan konsumsi BBM nasional sudah mencapai 1,4 juta BOPD. Hal ini akan meningkatkan defisit neraca perdagangan semakin lebar," jelas dia.
Mamit juga menyampaikan, impor BBM yang sangat besar ini bisa menekan mata uang rupiah terhadap dolar AS dan juga bisa menyebabkan terjadinya inflasi akibat kenaikan harga barang karena pelemahan mata uang rupiah ini.
Ilustrasi Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU). Foto: Dok. PLN
Oleh karena itu, dia menilai perlu adanya dukungan yang kuat dari pemerintah agar mobil listrik ini terus meningkat jumlahnya.
ADVERTISEMENT
Dia pun menuturkan masih ada permasalahan dalam penguatan ekosistem mobil listrik saat ini, yaitu harga yang masih mahal serta desain yang belum diminati oleh masyarakat Indonesia yang lebih menyukai MPV dan dapat memuat penumpang dengan jumlah yang banyak.
"Perlu adanya kebijakan fiskal agar mobil listrik bisa menjadi lebih terjangkau oleh masyarakat. Selain itu, jika memungkinkan pemerintah bisa memberikan stimulus bagi masyarakat yang akan membeli mobil listrik sehingga semakin menarik untuk menggunakan mobil listrik," pungkasnya.