Devisa Hasil Ekspor Sudah Masuk RI, Kenapa Rupiah Masih Melemah?

3 November 2022 20:21 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Senin pagi melemah 19 poin atau 0,12 persen ke posisi Rp15.573 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp15.554 per dolar AS, senin (31/10). Foto: Citro Atmoko/ANTARA
zoom-in-whitePerbesar
Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Senin pagi melemah 19 poin atau 0,12 persen ke posisi Rp15.573 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp15.554 per dolar AS, senin (31/10). Foto: Citro Atmoko/ANTARA
ADVERTISEMENT
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengungkapkan, sebagian besar devisa hasil ekspor (DHE) sudah masuk ke rekening khusus Indonesia. Meski begitu, kehadiran DHE masih belum bisa membantu stabilisasi nilai tukar rupiah.
ADVERTISEMENT
Perry mengaku, pihaknya masih mencari cara supaya eksportir DHE mau menyimpan uangnya dalam waktu yang cukup lama. Supaya bisa mendukung stabilisasi ekonomi dan nilai tukar rupiah.
"Sebagian besar sudah masuk ke rekening khusus. Sekarang sedang koordinasi bagaimana eksportir DHE betah, baik dengan pajak, suku bunga, agar hasil DHE dari SDA nggak hanya masuk ke dalam negeri tapi bertahan lebih lama dan dukung stabilitas ekonomi dan nilai tukar rupiah," jelas Perry dalam konferensi pers Hasil Rapat Berkala KSSK IV 2022, Kamis (3/11).
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo saat konferensi pers hasil FMCBG G20 di Nusa Dua, Bali, Sabtu (16/7/2022). Foto: Fikri Yusuf/Antara Foto
Perry mengungkapkan, nilai tukar rupiah per 31 Oktober 2022 mengalami depresiasi 8,62 persen secara year to date. Namun, Perry menegaskan, angka tersebut masih jauh lebih baik dibandingkan mata uang negara lainnya.
ADVERTISEMENT
Perry memastikan, pihaknya akan terus menjaga dan berupaya agar rupiah tidak terdepresiasi lebih dalam.
"BI akan menjaga stabilisasi nilai tukar dengan intervensi spot dan forward, d pasar SBN, di pasar sekunder aga depresiasi rupiah terjaga," kata Perry.
Di sisi lain, Ketua Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar memerintahkan lembaga jasa keuangan untuk memperkuat modal dan cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN). Hal tersebut bertujuan untuk memitigasi risiko melemahnya rupiah dampak dari kenaikan permintaan kredit dalam bentuk valuta asing, terutama dolar Amerika Serikat (AS).
Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (DK OJK) Mahendra Siregar membuka OJK Virtual Innovation Day 2022, Senin (10/10/2022). Foto: Dok. Istimewa
"OJK juga mendorong perusahaan untuk menjaga sumber pendanaan demi mengantisipasi keterkaitan ruang likuiditas di sektor perbankan dengan akselerasi pertumbuhan kredit," sambungnya.