Di Depan Mahasiswa, Mendag Jelaskan Perang Dagang dan Dampaknya ke RI

16 September 2019 18:00 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menteri Perdagangan Republik Indonesia, Enggartiasto Lukita usai sampaikan kuliah umum di UPI, Bandung. Foto: Rachmadi Rasyad/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Menteri Perdagangan Republik Indonesia, Enggartiasto Lukita usai sampaikan kuliah umum di UPI, Bandung. Foto: Rachmadi Rasyad/kumparan
ADVERTISEMENT
Menteri Perdagangan Republik Indonesia Enggartiasto Lukita mengunjungi Kampus Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) di Kota Bandung, Senin (16/9) untuk menyampaikan kuliah umum mengenai kondisi perekonomian dunia yang sedang dipenuhi ketidakpastian dan dampaknya terhadap Indonesia.
ADVERTISEMENT
Hingga kini, Enggar menyatakan, tensi perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China belum diketahui kapan akan menurun. Menurut dia, semakin lama perang dagang berlangsung, dampak negatifnya semakin besar.
Selain itu, Enggar menjelaskan, tiba-tiba terjadi konflik antara Korea Selatan dengan Jepang. Konflik tersebut dipicu oleh sejarah kelam masa perang kedua negara. Akibatnya, Jepang mengambil kebijakan yang mengganggu perindustrian.
"Tiba-tiba ada konflik antara Korea dengan Jepang yang konfliknya akibat perang yang dulu, kemudian mereka Jepang mengambil kebijakan mengganggu industri dan sebagainya," kata dia.
Enggar menyebut, ketidakpastian kondisi ekonomi global diperkirakan meningkat dalam 1,5 tahun ke depan. Untuk mengatasi itu, kata dia, presiden menekankan pentingnya ekspor dan investasi. Namun, ekspor dunia kali ini sedang melemah sehingga pemerintah akan lebih tertuju pada investasi.
ADVERTISEMENT
"Bapak Presiden berulang kali menekankan ekspor dan investasi tapi tekanannya akan lebih banyak pada investasi karena ekspor pasar dunianya sedang melemah," ujar dia.
Menteri Perdagangan Republik Indonesia, Enggartiasto Lukita mengunjungi Kampus UPI Kota Bandung, Senin (16/9). Foto: Rachmadi Rasyad/kumparan
Enggar menuturkan, ada peluang yang dapat dimanfaatkan yakni terkait dengan relokasi industri yang dilakukan oleh China dan sebagian Amerika. Peluang tersebut, mesti dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya.
"Investasi yang harus dilakukan adalah terjadi relokasi industri dari China dan sebagian Amerika mencari tempat. Ini peluang yang harus kita tangkap," ungkap dia.
Namun, Enggar mengatakan, ada 33 investor asal China yang hendak pindah. Dari jumlah tersebut, ada 23 investor masuk ke Vietnam sedangkan sisanya tidak ada satu pun yang masuk ke Indonesia.
Menurut Enggar, berpalingnya para investor tesebut dikarenakan iklim investasi di Indonesia serba tidak pasti. Investasi uang, kata dia, mengalir ke arah yang pasti dan dianggap menguntungkan.
ADVERTISEMENT
"Investasi uang itu kan kaya air dia mengalir kemana menguntungkan. Dia enggak mau di sini (Indonesia), penuh ketidakpastian," kata dia.
"Kemudian belum apa-apa buruh demo. Yang demo (orang) 50 dibilang 5.000 orang. Itu dipersoalkan. Repot juga kita," tambah dia.
Enggar mencontohkan adanya warga negara asing yang hendak berinvestasi membangun resort atau penginapan di Indonesia namun terkendala perizinan yang tidak selesai hingga 2,5 tahun. Urusan perizinan, menurut dia, menjadi rumit ketika masuk ke pemerintah daerah.
Meski demikian, Enggar enggan menyalahkan siapapun. Lebih lanjut, dia menilai diperlukan adanya perubahan peraturan yang menghambat investasi di Indonesia.
"Ubah (regulasi) dan Bapak Presiden sudah meminta kita setiap Minggu ada laporan peraturan-peraturan yang menghambat dan kita harus lakukan seperti itu," tegas dia.
ADVERTISEMENT