Di Pasar Sulit Dicari, Harga Gula di E-Commerce Naik 76 Persen

19 Maret 2020 10:49 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi gula pasir. Foto: Nugroho Sejati/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi gula pasir. Foto: Nugroho Sejati/kumparan
ADVERTISEMENT
Sebuah startup edukasi berbelanja online, telunjuk.com melakukan riset selama 16 hari sejak tanggal 1 Maret sampai 16 Maret 2020 untuk memantau pergerakan harga gula di e-commerce.
ADVERTISEMENT
Hasilnya, harga gula naik hingga 76 persen menjadi Rp 22.000 per kilogram (kg) dibanding Harga Eceran Tertinggi (HET) Rp 12.500 per kg. Harga gula tertinggi mencapai Rp 22.000 per kg pada tanggal (15/3).
CEO Telunjuk.com Hanindia Narendrata mengasumsikan kenaikan harga gula di e-commerce salah satunya disebabkan adanya panic buying efek virus corona. Selain itu, ia bilang, kenaikan harga gula eceran di e-commerce seiring dengan situasi gula eceran di pasaran (offline) yang sulit dicari.
“Harga kenaikan gula 76 persen. Puncak sempat Rp 22 ribu per kg. Meskipun harga mahal tetapi kebutuhan gula (ada) (masyarakat) cari di online. Efek corona (panic buying),” katanya kepada kumparan, Kamis (19/3).
Ilustrasi belanja online Foto: Shutterstock
Riset ini menggunakan empat e-commerce populer di Indonesia seperti Tokopedia, Shopee, Bukalapak dan JD.ID. Adapun sampel gula eceran yang dipakai sebagai sampel sebanyak 5.610 gula eceran per kilo.
ADVERTISEMENT
Beberapa merek gula yang diambil seperti, GMP, PSM, Rose Brand, Gulaku,La-Ku, Pedati Mas dan Merbabu. Merek-merek gula tersebut dipilih lantaran yang paling dikenal masyarakat.
Sedangkan puncaknya permintaan tertinggi gula eceran terjadi pada 16 Maret 2020 sebanyak 878 gula per kg dibandingkan pada tanggal 1 Maret 2020 sebanyak 14 gula per kg.
Secara total, dari 1 Maret hingga 16 Maret 2020 terjadi sebanyak 1.991 transaksi dengan nilai mencapai Rp 36.102.303.