Digital Banking Dinilai Jadi Solusi Layani Masyarakat di Tengah Pandemi

4 Desember 2020 9:54 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Mobile Banking Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Mobile Banking Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Industri perbankan didorong untuk melakukan digitalisasi. Apalagi, akibat pandemi COVID-19 ini transaksi keuangan lebih banyak menggunakan jalur digital dibandingkan konvensional.
ADVERTISEMENT
Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Piter Abdullah mengatakan, digital banking atau bank digital bisa menjadi solusi untuk melayani masyarakat di tengah pandemi saat ini.
Menurut Piter, digital banking merupakan wajah baru perbankan di era digital. Ini memungkinkan bank untuk menjalankan layanan dan produknya seperti yang dijalankan oleh fintech.
"Dengan digitalisasi, bank akan lebih efisien karena tak perlu banyak kantor cabang dan pengeluaran biaya operasional. Semuanya bisa dilayani melalui fasilitas digital," kata Piter kepada kumparan, Jumat (4/12).
Dia melanjutkan, digital banking juga menawarkan berbagai layanan keuangan bank, mulai dari pembayaran hingga pinjam meminjam, namun serba digital tanpa harus ke kantor cabang.
Menurut Piter, bukan hal yang tak mungkin jika nantinya digital banking ini bisa menyaingi fintech. Sebab, digital banking bisa memberikan layanan pembayaran dan pinjaman sekaligus.
ADVERTISEMENT
Berbeda dengan fintech, yang hanya memberikan layanan pembayaran saja atau pinjaman saja.
Namun demikian, kehadiran fintech yang memiliki banyak fleksibilitas telah menjadi tantangan bagi perbankan. Sebagai contoh, segmen UMKM saat ini sebagai target pasar fintech pinjaman dana atau peer to peer (P2P) lending.
"Padahal UMKM juga merupakan target pasar hampir semua bank. Perbankan saat ini harus bersaing dengan fintech P2P lending, bank harus lebih mengambil inisiatif untuk mengoptimalkan produk dan layanan digital agar mampu bersaing," jelasnya.
Arah pengembangan digital banking dinilai sejalan dengan upaya OJK mendorong bank kecil dan menengah melakukan merger dan akuisisi guna memperkuat struktur modal. Sebab investasi di bidang digital membutuhkan biaya dan modal yang tinggi.
ADVERTISEMENT
"Saat ini bank-bank masih fokus ke digitalisasi transaksi, belum masuk ke produk dan layanan digital yang lebih menantang," katanya.
Ilustrasi belanja online menggunakan mobile banking. Foto: Shutterstock
Senior Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI), Moch Amin Nurdin, menuturkan bahwa digitalisasi akan membantu pengembangan Bank BUKU 3 dan BUKU 4. Utamanya untuk berkompetisi mengoptimalkan perubahan gaya hidup dan tuntutan dari para konsumen.
"Bagi bank kecil - menengah menjadi bank digital adalah strategi yang tepat, untuk masuk ke pasar yang menginginkan produk dan layanan yang lebih cepat dan simpel. Melalui digitalisasi inilah bank-bank itu akan bisa survive," kata Amin.
Saat ini, sudah ada beberapa bank yang membuat platform sebagai bank digital. Di antaranya yaitu Bank BCA yang telah mengakuisisi Bank Royal dan mengubahnya menjadi Bank Digital BCA.
ADVERTISEMENT
Selain itu, ada juga BTPN dengan produknya Jenius, serta Bank Artos yang dari awal dibentuk sebagai digital-first bank. Bank asing juga telah menerapkan strategi digital banking, seperti Bank DBS dengan layanan Digibank dan Bank UOB dengan produk TMRW.
"Dengan digitalisasi berarti ada pengalaman baru bagi nasabah. Tapi yang lebih penting, bank digital mampu menjangkau konsumen di wilayah yang sulit untuk dapat bertransaksi di bank dengan cepat dan taat proses," ujarnya.