Dihantam Corona, Pertumbuhan Ekonomi China Minus 6,8 Persen di Kuartal I

17 April 2020 9:41 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Suasana di Stasiun Hankou, Wuhan pasca pemberhentian lockdown di Wuhan. Foto: AP Photo/ Ng Han Guan
zoom-in-whitePerbesar
Suasana di Stasiun Hankou, Wuhan pasca pemberhentian lockdown di Wuhan. Foto: AP Photo/ Ng Han Guan
ADVERTISEMENT
Pertumbuhan ekonomi China tercatat minus 6,8 persen pada kuartal I-2020. Angka ini merupakan catatan terburuk untuk kinerja perekonomian Negeri Tirai Bambu sejak berakhirnya revolusi budaya China pada tahun 1976. Anjloknya pertumbuhan ekonomi China tak lepas dari dampak virus corona atau COVID-19 yang bermula dari Kota Wuhan, Provinsi Hubei, China pada pertengahan Januari 2020. Virus corona kemudian menyebar ke seluruh negeri, sehingga memicu keputusan lockdown hingga pembatasan aktivitas perekonomian, perkantoran, transportasi, dan sekolah.
ADVERTISEMENT
Mengutip South China Morning Post (SCMP), Jumat (17/4), angka yang dirilis Biro Statistik China tersebut lebih buruk dari prediksi, yakni awalnya diperkirakan minus 6,0 persen.
Masih menurut Biro Statistik, ekonomi China sangat terpukul pada bulan Maret, di mana sektor industri, ritel, keuangan harus mengalami dampak negatif dari COVID-19.
Produksi industri yang mencangkup manufaktur hingga pertambangan turun 1,1 persen pada Maret, setelah mengalami penurunan produksi 13,5 persen pada Januari-Februari 2020. Namun sektor manufaktur yang masuk ke dalam industri, mengalami penurunan kinerja sangat dalam, yakni 10,2 persen. Penurunan masih terjadi meskipun aktivitas pabrik sudah mulai dibuka kembali.
Sektor ritel sebagai indikator perhitungan ekonomi juga terpukul. Sebagai negara konsumsi terbesar, kinerja sektor ritel anjlok 15,8 persen pada bulan Maret, dan turun 20,5 persen pada dua bulan pertama di 2020.
ADVERTISEMENT
"Angka ini lebih buruk dari proyeksi, yang hanya turun 10,0 persen," tulis laporan SCMP, Jumat (17/4).
Survei juga menunjukkan angka pengangguran di China sebesar 5,9 persen pada bulan Maret, atau turun dibandingkan bulan Januari-Februari 2020 yang sebesar 6,2 persen. Angka pengangguran tersebut belum termasuk pekerja migran yang harus kehilangan pekerjaan dan tak bisa kembali bekerja karena pembatasan berpergian untuk mencegah penyebaran virus corona.