Dikritik Ahok soal Direksi Lobi Menteri hingga Hobi Utang, Ini Jawaban Pertamina

15 September 2020 15:20 WIB
Komisaris utama pertamina Basuki Tjahaja Purnama (tengah) bersama  di pertamina energy forum 2019.  Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Komisaris utama pertamina Basuki Tjahaja Purnama (tengah) bersama di pertamina energy forum 2019. Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan
ADVERTISEMENT
Komisaris Utama PT Pertamina (Persero) Basuki Tjahaja Purnama atau yang biasa disapa Ahok mengkritik jajaran direksi BUMN yang diawasinya. Dalam video yang beredar di YouTube, Ahok menyinggung mengenai lobi-lobi yang dilakukan Direktur Pertamina untuk pergantian jabatan hingga kebiasaan perusahaan mencari utang.
ADVERTISEMENT
Dalam video berdurasi enam menit yang diunggah akun POIN, Ahok menyebut semua Direktur Pertamina melakukan lobi ke menteri untuk pergantian direksi. Dia merasa emosi karena pergantian direktur itu tanpa memberitahu dirinya.
"Dia ganti direktur pun bisa tanpa kasih tahu saya, saya marah-marah juga. Jadi semua direksi lobi-lobinya ke menteri. Yang menentukan menteri. Komisaris pun rata-rata titipan dari kementerian," kata Ahok dikutip kumparan, Selasa (15/9).
Ahok mengaku memotong jalur birokrasi dalam tubuh Pertamina. Kata dia, jika dulu mau naik pangkat di Pertamina, harus melalui syarat yang disebut Pertamina Level Reference. Dia mencontohkan, agar pegawai Pertamina bisa menikmati jabatan Senior Vice President, orang itu harus 20 tahun ke atas.
Mengenai sindiran itu, Pertamina buka suara. Vice President Corporate Communication Pertamina Fajriyah Usman mengatakan perusahaan menghargai pernyataan Ahok sebagai Komut Pertamina. Kata dia, hal ini juga sejalan dengan restrukturisasi Pertamina yang sedang dijalankan Direksi agar perusahaan menjadi lebih cepat, lebih adaptif dan kompetitif.
VP Corporate Communication Pertamina, Fajriyah Usman. Foto: Resya Firmansyah/kumparan
Pertamina dan beberapa anak perusahaan telah menerapkan ISO 37001:2016 mengenai Sistem Manajemen Anti Penyuapan (SMAP) dan menjalankan kerjasama dengan KPK dan PPATK yang membuktikan komitmen pertamina untuk lebih transparan, dan memastikan semua sesuai dengan prosedur.
ADVERTISEMENT
"Kami menghargai pernyataan Pak BTP sebagai Komut yang memang bertugas untuk pengawasan dan memberikan arahan," kata Fajriyah kepada kumparan.
Hal-hal yang bersifat corporate action, lanjut Fajriyah, dilakukan manajemen dalam rangka pertumbuhan perusahaan dan juga memastikan ketahanan energi nasional, tentu saja pastinya akan mempertimbangkan internal resources dan dilakukan secara prudent.
"Koordinasi dan komunikasi dengan komisaris dan juga stakeholder terkait terus kami jalankan, agar semua terinfokan dengan baik apa yang sedang dijalankan oleh Pertamina," ujarnya.
Sebagai informasi, untuk program One Village One Outlet, Fajriyah menyebut saat ini dari 66 ribu kelurahan di seluruh Indonesia, sudah 82 persen tersedia outlet LPG Pertamina. Sedangkan Pertashop juga sudah ada 576 outlet yang sudah terbangun dengan target 4.558 outlet.
Komisaris Utama Pertamina, Basuki Tjahaja Purnama. Foto: ANTARA FOTO/Wahyu Putro A
Sebelumnya diberitakan, tak hanya soal lobi-lobi direksi, Ahok juga menyebut persoalan gaji di Pertamina. Kata dia, ada yang dicopot dari jabatan direktur utama dari anak usaha dengan gaji yang sebelumnya Rp 100 juta per bulan. Usai dicopot, orang tersebut masih mendapatkan gaji yang sama.
ADVERTISEMENT
"Harusnya gaji mengikuti jabatan Anda dong. Mereka bikin gapok (gaji pokok) gede-gede semua. Jadi bayangin, orang kerja sekian tahun gapoknya bisa Rp 75 juta. Dicopot pun, enggak kerja, dibayar segitu. Gila aja nih. Nah, ini yang kita lagi ubah sistem itu," kata Ahok.
Ahok juga menyinggung Pertamina soal kilang. Dia ingin mengaudit proyek-proyek kilang Pertamina dan menanyakan ke direksi berapa investor yang sudah tertarik, tapi malah didiamkan perusahaan.
Terakhir, Ahok juga menyebut Pertamina memiliki utang USD 16 miliar. Tapi, direksinya memiliki kebiasaan untuk cari pinjaman terus. Uang tersebut, katanya untuk akuisisi lapangan di luar negeri, padahal masih ada 12 cekungan di dalam negeri yang berpotensi memiliki minyak dan gas di dalamnya.
ADVERTISEMENT
"Sekarang udah utang USD 16 miliar, tiap kali otaknya minjem duit terus nih. Minjem duit terus akuisisi lagi. Saya bilang, tidak berpikir untuk eksplorasi. Kita masih punya 12 cekungan yang berpotensi punya minyak dan gas. Lu ngapain di luar negeri? Ini jangan-jangan ada komisi lagi nih beli-beli minyak di luar?" tutur Ahok.
***
Saksikan video menarik di bawah ini.