Direktur ADB hingga Peneliti Harvard Siap Hadiri BRI Microfinance Outlook 2024

5 Maret 2024 11:15 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
BRI Microfinance Outlook 2024. Foto: Dok. BRI
zoom-in-whitePerbesar
BRI Microfinance Outlook 2024. Foto: Dok. BRI
ADVERTISEMENT
PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI akan kembali menyelenggarakan BRI Microfinance Outlook 2024 yang akan berlangsung pada Kamis, 7 Maret 2024.
ADVERTISEMENT
Mengusung tema Strengthening Financial Inclusion Strategy: Microfinance Role in Increasing Sustainable and Inclusive Economic Growth, BRI berkomitmen untuk terus meningkatkan inklusi keuangan guna mendorong pembangunan ekonomi negara.
BRI Microfinance Outlook 2024 akan dihadiri oleh Asian Development Bank (ADB) Country Director for Indonesia, Jiro Tominaga, yang akan berbicara mengenai Fostering Inclusive Growth Worldwide: Strategies for Equal Economic Opportunities.
Melalui tema tersebut, Jiro akan membahas program dan kebijakan yang berhasil mewujudkan perekonomian inklusif dalam skala global. ADB sendiri memiliki visi mendorong inklusi keuangan di negara negara Asia, yang senada dengan pembahasan pada BRI Microfinance Outlook 2024.
Pada kesempatan yang sama, Research Affiliate at Harvard University, Beatriz Armendariz, akan mengupas tentang Global Inclusive Development: Theoretical Perspectives and Frameworks. Topik tersebut fokus pada kontribusi keuangan mikro terhadap pertumbuhan berkelanjutan yang inklusif.
ADVERTISEMENT
Beatriz merupakan peneliti yang di bidang ekonomi pembangunan, keuangan internasional, dan ekonomi mikro termasuk keuangan mikro. Selain menjadi Research Affiliate di Harvard University, Beatriz juga merupakan Associate Professor of Economics di University College London.
BRI Microfinance Outlook 2024. Foto: Dok. BRI

Peran penting inklusi keuangan

BRI Microfinance Outlook 2024 kali ini mengusung tema terkait inklusi keuangan karena dalam tiga dekade terakhir, tepatnya sejak tahun 1993, Indonesia masih berada dalam kelas negara berpendapatan menengah.
Gill & Kharas (2007) menyebut kondisi ini sebagai jebakan pendapatan menengah (middle income trap), yaitu situasi suatu negara yang bertahan dalam kelas pendapatan menengah pada waktu yang lama dan belum berhasil bertransformasi menjadi negara berpendapatan tinggi.
Menurut Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM), Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, ada beberapa aspek pembangunan yang cenderung terhambat, di antaranya adalah pertumbuhan ekonomi yang stagnan di kisaran 5 persen per tahun, pertumbuhan kredit per tahun yang tidak pernah lebih dari 15 persen, rasio penerimaan pajak terhadap PDB yang relatif rendah, kontribusi industri yang cenderung menurun, dan tingkat kemiskinan ekstrem yang persisten di angka 1,7 persen.
ADVERTISEMENT
Terkait hal tersebut, Direktur Utama BRI, Sunarso, mengungkapkan, mengingat peran krusial inklusi keuangan, BRI telah menetapkan visi untuk menjadi The Most Valuable Banking Group In Southeast Asia & Champion of Financial Inclusion di tahun 2025.
“Salah satu visi Champion of Financial Inclusion ini dimiliki BRI karena perusahaan memandang pentingnya peningkatan inklusi keuangan dilakukan agar kesejahteraan masyarakat terutama pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) dapat meningkat dalam hitungan tahun,” ujarnya.
Melalui visi ini, BRI berupaya menjadi institusi jasa keuangan yang berkontribusi dalam peningkatan serta perluasan nilai bagi seluruh lapisan masyarakat. Penciptaan nilai tersebut bukan hanya dari sisi ekonomi, melainkan juga nilai sosial dan lingkungan.