Dirjen Migas Angkat Bicara soal Polemik Chevron dan Pertamina di Blok Rokan

16 November 2020 19:13 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pertamina Lifting Perdana Minyak Mentah Chevron di Blok Rokan. Foto: Dok. Pertamina
zoom-in-whitePerbesar
Pertamina Lifting Perdana Minyak Mentah Chevron di Blok Rokan. Foto: Dok. Pertamina
ADVERTISEMENT
Proses transisi Blok Rokan yang saat ini dikelola PT Chevron Pacific Indonesia (CPI) ke PT Pertamina (Persero) menemui kendala. Chevron disebut enggan memberikan formula teknologi Enhanced Oil Recovery (EOR) ke Pertamina.
ADVERTISEMENT
Menjawab soal itu, Dirjen Migas Kementerian ESDM Tutuka Ariadji membenarkan adanya masalah antara kedua perusahaan dan SKK Migas. Dia pun meminta kedua pihak duduk bersama untuk menyelesaikan masalah ini.
"Memang betul ada masalah, saya kira tidak mudah. Harus ada Chevron dan Pertamina. Kementerian ESDM tidak bisa masuk begitu saja, soalnya urusan business to business. Tapi kita sudah tahu masalahnya apa," kata dia dalam rapat dengar pendapat Komisi VII DPR RI, Senin (16/11).
Lebih lanjut, Tutuka menyebut bahwa formula chemical EOR bukan sesuatu yang mudah diserahkan ke pihak lain begitu saja. Apalagi, jika formulasi atau teknologi yang dibuat itu menggunakan biaya internal perusahaan.
Guru Besar ITB, Profesor Tutuka Ariadji. Foto: itb.ac.id
Jika formulasi itu tidak bisa diberikan, Pertamina akan kesulitan untuk melakukan manajemen reservoar. Kata dia, ada beberapa opsi solusi yang disediakan, yaitu membuat sendiri formulasi atau dilakukan secara business to business antara kedua perusahaan.
ADVERTISEMENT
"Untuk formula chemical EOR, kalau menurut saya ini sulit kalau perusahaan multinasional yang di akhirnya tidak dengan biaya cost recovery sehingga tidak bisa diambil. Dan itu tidak hanya itu saja, misalnya software geologi yang dibangun di ujungnya biaya sendiri," ujarnya.
Kontrak Chevron di Blok Rokan akan habis pada Juli 2021. Mulai 9 Agustus 2021, hak kelolanya diambil 100 persen oleh Pertamina. Teknologi EOR perlu dilakukan di blok ini untuk mengoptimalkan produksi sebab sumur-sumur di dalamnya sudah berusia tua dan telah dikeruk Chevron puluhan tahun.
Sebelum Chevron hengkang, SKK Migas berupaya agar produksi dan lifting migas dari blok ini tidak anjlok. Salah satu komitmennya adalah meminta Chevron tetap mengebor hingga akhir masa kelolanya tahun depan.
ADVERTISEMENT