Dirut Bantah Duit RNI Rp 500 Miliar Nyangkut di Wisma Atlet

20 April 2020 19:54 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Rumah Sakit Darurat Penanganan COVID-19 Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta. Foto: Dok. BPMI Setpres
zoom-in-whitePerbesar
Rumah Sakit Darurat Penanganan COVID-19 Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta. Foto: Dok. BPMI Setpres
ADVERTISEMENT
Komisi VI DPR memanggil beberapa Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang berhubungan dengan penyediaan pangan dan alat kesehatan dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP), Senin (20/4). Perum Bulog, PT Pertani (Persero), dan PT Rajawali Nusantara Indonesia (Persero) atau RNI menjadi tiga BUMN yang hadir selain perusahaan negara lainnya.
ADVERTISEMENT
Dalam sesi pendalaman, anggota Komisi VI Fraksi Gerindra Andre Rosiade bertanya kepada Direktur Utama RNI Eko Taufik Wibowo perihal informasi adanya dana perusahaan yang nyangkut di Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta Pusat. Jumlahnya Rp 500 miliar dan digunakan untuk penanganan virus corona.
"Saya dengar cashflow (arus kas) Bapak Rp 500 miliar nyangkut di Wisma Atlet untuk membantu tim gugus satgas COVID-19 dan perusahaan kesulitan menagih. Ini tolong disebutkan, disampaikan saja di Komisi VI apakah betul informasi yang kami dapatkan Pak?" tanya Andre, Senin (20/4).
Relawan BNPB mengoperasikan mobil pemadam kebakaran untuk menyemprotkan disinfektan di kompleks Wisma Atlet, Kemayoran, Sabtu (21/3). Foto: ANTARA/M. Risyal Hidayat
Selain RNI, Andre menyebut uang PT Pertani (Persero) juga nyangkut di Kementerian Pertanian. Jumlahnya sekitar Rp 24 miliar.
"Saya dengar Pertani ada sekitar Rp 24 miliar tagihan masih nyangkut di Kementerian Pertanian padahal Bapak membutuhkan modal kerja," lanjut Andre bertanya pada Dirut Pertani, Maryono.
ADVERTISEMENT
Menanggapi pertanyaan Andre, Eko Taufik membantah uang yang nyangkut di Wisma Atlet yang disulap menjadi rumah sakit darurat tersebut sebanyak Rp 500 miliar. Dia mengaku, uang yang masih ada di sana dan belum dibayar sekitar Rp 38 miliar. Tapi, Taufik menolak menyebut dana tersebut nyangkut karena pembayarannya tengah diproses.
"Terkait dengan tagihan ke rumah sakit pemerintah, dalam hal ini rumah sakit darurat, koreksi bukan Rp 500 miliar tapi hanya sekitar Rp 38 miliar dan itu tengah dalam verifikasi dokumen utuk pembayaran. Jadi tidak ada yang nyangkut Insyaallah," jawab Eko Taufik.
kumparanDerma membuka campaign crowdfunding untuk bantu pencegahan penyebaran corona virus. Yuk, bantu donasi sekarang!