Dirut BEI: Papan New Economy Bisa Diluncurkan Akhir 2022 atau Awal 2023

24 November 2022 11:48 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI), Iman Rachman. Foto: Ghinaa Rahmatika/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI), Iman Rachman. Foto: Ghinaa Rahmatika/kumparan
ADVERTISEMENT
Bursa Efek Indonesia (BEI) menargetkan peluncuran papan saham new economy paling lambat awal tahun depan.
ADVERTISEMENT
Direktur Utama BEI, Iman Rachman, mengatakan saat ini terdapat 820 emiten yang terbagi dalam tiga papan, yaitu papan utama, papan pengembangan, dan papan akselerasi.
Papan pengembangan berkontribusi 53 persen, atau mencakup 450 emiten dari total perusahaan yang tercatat.
“Rencana kita akhir tahun atau awal tahun depan, kita akan menambah 1 papan lagi yaitu papan new economy. Banyak perusahaan tech atau e-commerce sebenarnya eligible secara market cap di papan utama, karena kondisi namun karena kondisi finansial yang merugi, belum bisa masuk papan utama,” kata Iman dalam CEO Networking 2022, Kamis (24/11).
Iman menuturkan, dengan peluncuran papan new economy ini akan setara dengan papan utama. Papan utama tercatat menyumbang 43 persen atau sekitar 350 emiten.
ADVERTISEMENT
“Papan akselerasi dibuat untuk UMKM, yang jumlah emiten mencapai 23 perusahaan. Targetnya untuk UMKM,” lanjutnya.

Target 55 Perusahaan yang IPO di Tahun Ini

BEI awalnya menargetkan perusahaan baru yang IPO sebanyak 55 perusahaan. Karena 54 perusahaan telah tercatat, maka BEI menunggu 1 perusahaan yang listing.
“Satu emiten saja yang akan listing tahun ini, target kami tercapai. Namun prognosa akhir tahun 2022 sampai 58-60 perusahaan,” imbuhnya.
Iman melanjutkan, BEI bersama OJK menyeleksi perusahaan-perusahaan yang listing. Setelah perusahaan melantai di BEI, pihaknya melihat kewajaran harga.
"Kita melakukan immediate action, apabila tertangkap di sistem mungkin implikasi perdagangan semu, kita menanyakan ke corporate secretary mungkin ada corporate action perusahaan, sehingga harga sahamnya mungkin meningkat atau anomali yang tidak sesuai dengan tren yang ada saat itu," tandasnya.
ADVERTISEMENT